Penyalahgunaan Data Meningkat, Asia Centre Tekankan Keamanan Digital di Forum TUNAS Learning Space

Program Manager Asia Centre, Kartini Gomez dalam Forum TUNAS Learning Space 2025 yang berlangsung pada Jumat, 29 Agustus 2025 di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur. Foto: Dok. Gusdurian

Ikhbar.com: Program Manager Asia Centre, Kartini Gomez menyoroti seriusnya ancaman keamanan digital di tengah maraknya kasus penyalahgunaan data. Hal itu ia sampaikan dalam Forum TUNAS Learning Space 2025 yang berlangsung pada Jumat, 29 Agustus 2025 di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur.

Dalam kesempatan itu, ia juga sempat mengingatkan terkait pentingnya perlindungan data pribadi. Kartini menilai, kasus kebocoran data yang belakangan ramai menjadi bukti betapa rentannya sistem keamanan digital di Indonesia.

Ia menyinggung peristiwa gangguan layanan imigrasi akibat serangan peretas yang menahan data penting pemerintah.

“Kasus itu jelas merugikan negara. Data kita ditahan hacker, aktivitas imigrasi terganggu, dan banyak masalah lain yang muncul akibat lemahnya keamanan digital,” ujarnya.

Baca: Gusdurian: Insiden Polisi Lindas Ojol Jadi Alarm Demokrasi

Kesadaran individu masih rendah

Kartini juga menekankan pentingnya kesadaran individu dalam menjaga privasi di media sosial (medsos). Menurutnya, kebiasaan membagikan data pribadi secara sembarangan bisa menjadi pintu masuk penipuan.

“Proteksi pertama datang dari diri kita sendiri. Jangan sampai data sensitif, seperti foto keluarga atau rekening, diunggah ke media sosial,” tegasnya.

Ia menambahkan, perkembangan teknologi justru memberi peluang baru bagi pelaku kejahatan. “Sekarang scam dan fraud semakin canggih, ada cloning voice, deepfake wajah, sampai pemanfaatan AI yang disalahgunakan,” jelasnya.

Pelatihan dan temuan

Dalam sesi interaktif, Kartini memperlihatkan bagaimana kecerdasan buatan bisa dipakai untuk meniru suara. Ia juga menggelar kuis terkait bentuk-bentuk kejahatan digital. Hasilnya, mayoritas peserta masih belum memahami modus penipuan terkini.

“Dari kuis ini terlihat bahwa sebagian besar peserta masih awam. Kondisi ini bisa menjadi gambaran kecil kesadaran masyarakat tentang ancaman penyalahgunaan data,” katanya.

Ragam ancaman

Kartini menjelaskan berbagai bentuk penipuan digital yang terus berevolusi, mulai dari modus sederhana seperti permintaan pulsa hingga serangan berbasis emosional yang membuat korban terikat secara psikologis. Saat ini, ancaman yang paling sering ditemui antara lain phishing, DDoS, ransomware, doxxing, hingga spyware.

Ia pun membagikan sejumlah langkah perlindungan, di antaranya menggunakan two-factor authentication atau autentikasi ganda, mengelola kata sandi dengan baik, memverifikasi informasi mencurigakan, rutin mencadangkan data, serta lebih berhati-hati membagikan informasi pribadi di media sosial.

Perlindungan anak di ruang digital

Kartini juga menyinggung masifnya penggunaan internet oleh anak-anak. Menurutnya, keamanan digital di Indonesia masih belum inklusif terhadap kelompok usia dini.

“Penetrasi internet di kalangan anak sangat besar. Karena itu, penting bagi mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan anak untuk mengenalkan akses internet yang aman sejak dini,” ucapnya.

Acara kemudian ditutup dengan komitmen komunitas Gusdurian untuk terus memperkuat literasi digital di kalangan anggotanya. Forum ini diharapkan dapat menjadi ruang bersama dalam membangun kesadaran kolektif, sekaligus menciptakan ekosistem digital yang lebih aman, sehat, dan inklusif.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.