Nyai Sinta dan Gusdurian Panjatkan Doa untuk Almarhum Affan, Ojol yang Tewas Dilindas Polisi

Istri Gus Dur, Ny. Hj. Sinta Nuriyah saat mendoakan Affan, ojol yang tewas dilindas polisi. Foto: Dok. Gusdurian

Ikhbar.com: Pembukaan Temu Nasional (Tunas) Gusdurian 2025 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur pada Jumat, 29 Agustus 2025 berlangsung penuh haru. Istri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Ny. Hj. Sinta Nuriyah Wahid mengajak ribuan peserta yang hadir untuk bersama-sama mendoakan Affan Kurniawan, pengemudi ojek online (ojol) yang tewas setelah terlindas kendaraan rantis Brimob saat aksi buruh di Jakarta pada Kamis, 28 Agustus 2025.

“Marilah kita tundukkan kepala sejenak untuk mendoakan almarhum Affan, saudara kita yang sudah mendahului. Semoga Allah Swt menerima amal baiknya, melapangkan kuburnya, mengampuni dosanya, dan menempatkannya di sisi terbaik-Nya. Al-Fatihah. Semoga doa kita diterima Allah SWT” tutur Nyai Sinta.

Dalam kesempatan itu, Ny. Sinta didampingi Seknas Gusdurian Jay Akhmad, Alissa Wahid, Kamaruddin Amin, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (MenPPPA) Arifah Fauzi, serta Ketua Panitia Tunas Gusdurian 2025, Solihkin.

Baca: Gusdurian Desak Kemenag dan KPAI Serius Tangani Kasus Kekerasan Seksual di Pesantren

Setelah doa untuk Affan, Ny. Sinta meresmikan pembukaan acara dengan bacaan basmalah. Seluruh hadirin kemudian menyalakan bunyi otok-otok bambu secara serentak sebagai simbol dimulainya rangkaian kegiatan nasional ini.

“Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, Tunas Gusdurian 2025 resmi dibuka,” ucapnya.

Gusdurian pejuang keadilan

Acara kemudian dilanjutkan dengan orasi kebangsaan oleh Ny. Hj. Alissa Wahid. Putri sulung Gus Dur itu menegaskan bahwa jaringan Gusdurian hadir untuk berdiri bersama kelompok yang lemah dan memperjuangkan cita-cita Indonesia yang adil dan sejahtera.

“Keadilan tidak boleh berhenti pada slogan. Itu mandat kemerdekaan yang harus kita jalankan. Saatnya kita menyiapkan diri, memperkuat tekad, dan membekali diri dengan kesadaran kebangsaan,” ungkap Ny. Alissa.

Ia menekankan, gerakan Gusdurian harus menjadi jawaban atas tantangan bangsa. “Indonesia memanggil kita. Ini panggilan sejarah. Gus Dur pernah mengingatkan, bangsa yang berdaulat adalah bangsa yang mampu mengontrol pemerintah, bukan yang dikendalikan oleh pemerintah,” pungkasnya.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.