Ikhbar.com: Aksi protes dan doa bersama digelar di berbagai negara pada Rabu, 13 Agustus 2025, mengecam pembunuhan empat jurnalis Al Jazeera dan dua pekerja lepas di Gaza oleh serangan udara Israel yang dinilai sebagai pembunuhan terarah.
Jurnalis, mahasiswa, aktivis, dan masyarakat sipil di Cape Town, Manila, dan London menyerukan tekanan terhadap Israel agar mengizinkan media internasional masuk ke Gaza dan menghentikan perang yang mereka sebut sebagai genosida.
Baca: Israel Kembali Targetkan Jurnalis Al Jazeera di Gaza, Lima Wartawan Tewas
Di Cape Town, warga berkumpul di Katedral St George, lokasi bersejarah perlawanan terhadap apartheid, sambil membawa poster bertuliskan “your voice was louder than their bombs.”
“Mereka ingin masuknya jurnalis internasional ke Gaza untuk melengkapi liputan jurnalis Palestina,” ujar jurnalis Al Jazeera, Fahmida Miller, dikutip pada Kamis, 14 Agustus 2025.
Di London, anggota National Union of Journalists menggelar aksi di depan kantor Perdana Menteri Inggris dengan membaca nama-nama jurnalis yang tewas, dan melaksanakan salat jenazah secara simbolis.
Mereka mendesak pemerintah Inggris mengutuk keras pembunuhan ini dan menuntut investigasi independen oleh Mahkamah Pidana Internasional.
Di Filipina, mahasiswa dan jurnalis kampus di Universitas Filipina menyebut serangan terhadap jurnalis sebagai “upaya menutupi kejahatan kemanusiaan Israel.”
Baca: Israel Bunuh Jurnalis di RS, Korban Pers Capai 215 Orang
Mereka juga meminta pemerintah memutus hubungan dagang dan pertahanan dengan Israel, yang merupakan pemasok senjata terbesar ketiga bagi Filipina.
Di Tel Aviv, sebagian kecil jurnalis lokal dan internasional menggelar doa bersama untuk menunjukkan solidaritas terhadap jurnalis Palestina.
“Kami pikir pembunuhan ini dilakukan dengan sengaja untuk membungkam satu-satunya suara dari Gaza,” ujar jurnalis Israel, Oren Ziv.