Ikhbar.com: Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Dr. Tri Wuryaningsih, mengungkapkan bahwa Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April, merupakan momen penting untuk merenungkan masih adanya berbagai persoalan yang berkaitan dengan perempuan dan anak.
Dalam konteks tahun politik dan tahapan pilkada yang tengah berlangsung, Tri menekankan, bahwa calon-calon yang akan muncul dalam kontestasi politik tersebut, seharusnya mampu memberikan respons yang efektif terhadap isu-isu perlindungan bagi perempuan dan anak.
“Oleh karena saat sekarang merupakan tahun politik dan telah memasuki tahapan pilkada, mestinya calon-calon yang akan dimunculkan dalam pilkada merupakan sosok yang mampu merespons isu-isu perlindungan perempuan dan anak,” kata Tri, dikutip dari Antara pada Minggu, 21 April 2024.
Baca: Najwa Shihab Sebut 21 April sebagai Hari Raya Perempuan
Menurutnya, penanganan masalah-masalah yang melibatkan kaum perempuan dan anak harus menjadi prioritas utama agar dapat diatasi dengan baik dari waktu ke waktu.
Sebagai seorang sosiolog, Tri Wuryaningsih mengakui bahwa masalah keterwakilan perempuan dalam lembaga-lembaga manajerial masih merupakan pekerjaan rumah yang belum terselesaikan sepenuhnya.
“Karena salah satu komposit indeks pembangunan gender itu ‘kan adalah perempuan di lembaga manajerial, lembaga-lembaga yang memang kemudian punya kewenangan untuk membuat keputusan. Kabupaten Banyumas kalah dengan Purbalingga dan Cilacap soal itu, sehingga ini juga menjadi PR,” ujar dia.
Selain itu, Tri juga menyoroti ketimpangan dalam sumbangan pendapatan antara perempuan dan laki-laki dalam keluarga.
“Itu menurut data dari BPS (Badan Pusat Statistik). Nah, persoalan-persoalan itu, termasuk persoalan stunting dan HIV/AIDS karena banyak kaum perempuan yang menjadi korban HIV/AIDS, ini juga menjadi PR yang harus direspons secara serius,” ungkapnya.
Hal ini, menurutnya, menunjukkan bahwa isu-isu seperti stunting dan HIV/AIDS, yang banyak melibatkan kaum perempuan sebagai korban, juga perlu mendapat perhatian serius.
Baca: Begini Gambaran Perkawinan sebelum Islam Datang! Keji, Menjijikkan, Rendahkan Perempuan
Dalam persiapan menjelang Pilkada Serentak 2024 yang akan digelar pada 27 November, Tri menekankan bahwa ini merupakan kesempatan yang tepat untuk mencari dan memilih calon pemimpin daerah yang mampu merespons isu-isu tersebut dengan serius.
Ia menegaskan bahwa pilkada bukan hanya tentang memilih pemimpin di tingkat lokal, tetapi juga tentang memilih pemimpin yang dapat menjawab tantangan-tantangan nyata yang dihadapi oleh masyarakat, termasuk dalam hal perlindungan perempuan dan anak.
“Jadi bukan hanya pilkada di Banyumas, ini ‘kan serentak di seluruh Indonesia. Harusnya bisa merespons isu-isu tersebut,” pungkas dia.