Ikhbar.com: Tentara Zionis Israel telah menahan lebih dari 360 staf medis hingga hanya menyisakan 20 rumah sakit yang mampu beroperasi di Jalur Gaza, Palestina.
Direktur Jenderal (Dirjen) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Gaza, Munir Al-Barsh mengaku sangat kerepotan akibat semakin menyusutnya tenaga yang disiapkan untuk membantu, menolong, dan mengobati para korban perang, terutama dari warga sipil yang tak berdosa.
“Kami kehilangan lebih banyak orang akibat konsekuensi tidak langsung dari perang dibandingkan mereka yang terbunuh akibat pendudukan,” kata dia, sebagaimana dikutip dari Al-Jazeera, pada Rabu, 30 April 2025.
Baca: Korban Tewas di Gaza sudah Melampaui 52 Ribu Jiwa
“Dua puluh dari 38 rumah sakit di Jalur Gaza beroperasi sebagian. Pasukan pendudukan menangkap lebih dari 360 pekerja kesehatan kami,” tambahnya.
Al-Barsh juga mengatakan bahwa anak-anak dan ibu hamil merupakan kelompok yang paling terdampak, dengan lebih dari 40.000 anak menjadi yatim piatu, 100 anak meninggal saat menunggu pintu penyeberangan dibuka, dan hampir satu juta anak kehilangan peluang mendapatkan bantuan yang mampu menyelamatkan nyawa mereka.
Pada 18 Maret, Israel melanjutkan serangan terhadap Jalur Gaza, dengan alasan penolakan gerakan Palestina Hamas untuk menerima rencana AS untuk memperpanjang gencatan senjata, yang berakhir pada 1 Maret.
Baca: Paus Koptik Mesir: Warga Palestina Adalah Umat yang Paling Dizalimi di Dunia
Israel memutus pasokan listrik ke pabrik desalinasi di Jalur Gaza dan menutup pintu masuk bagi truk yang membawa bantuan kemanusiaan.
Sebelumnya, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan penjarahan bantuan kemanusiaan telah meningkat tajam di Jalur Gaza karena kekurangan makanan dan barang-barang penting yang parah di tengah operasi militer Israel yang sedang berlangsung dan blokade.