Israel Tetap Tangkapi Warga Palestina selama Gencatan Senjata

Pasukan Israel di Tepi Barat. REUTERS/Ronen Zvulun

Ikhbar.com: Militer Israel terus-menerus melakukan penangkapan terhadap puluhan warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Padahal, mereka sedang dituntut untuk melakukan pembebasan tahanan sebagai imbal balik pelepasan sandera oleh kelompok Hamas selama gencatan senjata.

Dalam gencatan senjata gelombang pertama yang dilangsungkan sejak pekan lalu, Israel membebaskan 150 tahanan Palestina, termasuk di dalamnya 117 anak-anak dan 33 perempuan. Sementara itu, Hamas membebaskan 69 tawanan, sebanyak 51 orang merupakan warga Israel dan 18 orang dari negara lain.

Namun, selama empat hari yang sama, Israel menangkap setidaknya 133 warga Palestina di dua kota yang mereka duduki.

“Selama masih ada pendudukan, penangkapan tidak akan berhenti. Masyarakat harus memahami hal ini karena ini adalah kebijakan sentral pendudukan terhadap warga Palestina dan untuk membatasi segala bentuk perlawanan,” ungkap Juru bicara Masyarakat Tahanan Palestina, Amany Sarahneh, dikutip dari Al Jazeera, Rabu, 29 November 2023.

“Ini adalah praktik sehari-hari, tidak hanya terjadi setelah 7 Oktober. Kami memperkirakan lebih banyak orang ditangkap dibanding dibebaskan dalam empat hari itu,” sambungnya.

Baca: Kebengisan Warga Israel, Todong dan Rampas Tanah Petani Palestina di Tepi Barat

Dibebaskan untuk ditangkap kembali

Gencatan senjata yang dimediasi Qatar terjadi setelah 51 hari pengeboman Israel tanpa henti di Jalur Gaza. Serangan Israel itu telah menewaskan lebih dari 15.000 warga Palestina yang sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Pada Senin, 27 November 2023, kemarin, gencatan senjata yang semula disepakati berlangsung empat hari kemudian diperpanjang dengan menambah dua hari lagi. Selama masa itu, dijanjikan sebanyak 60 warga Palestina dan 20 tawanan akan dibebaskan.

Tepi Barat dan Yerusalem Timur berada dalam pendudukan militer Israel selama 56 tahun. Warga Palestina di dua kota tersebut kerap mengalami penggerebekan oleh militer Israel. Kekhawatiran pun akhirnya muncul dari para tahanan Palestina yang telah dibebaskan karena mereka berpotensi kembali ditangkap oleh pasukan Israel dalam beberapa hari, minggu, bulan, maupun tahun setelah pembebasan mereka.

Hal itu pun pernah terjadi pada proses penukaran tahanan antara Israel dan Hamas pada 2011 silam. Lusinan orang yang dibebaskan kembali ditangkap dan dipenjara.

“Tidak ada jaminan dalam pendudukan. Orang-orang ini dapat ditangkap kembali kapan saja. Pendudukan selalu menangkap kembali orang-orang yang telah dibebaskan,” katanya.

Baca: Potret Kezaliman di Penjara Israel, Tahan Anak-anak dan Perempuan tanpa Pengadilan

Tidak manusiawi

Sejak 7 Oktober, warga Palestina yang ditangkap atau ditahan di Israel mengalami kondisi yang memburuk. Banyak dari mereka mengeluhkan adanya pemukulan dan penganiayaan di dalam penjara. Setidaknya, ada enam tahanan Palestina yang tewas dalam tahanan Israel.

Beberapa video juga muncul dalam beberapa minggu terakhir yang menunjukkan tentara Israel memukuli, menginjak, menganiaya, dan mempermalukan warga Palestina yang ditahan dengan mata ditutup, diborgol, dan ditelanjangi. Banyak pengguna media sosial mengatakan adegan tersebut mengingatkan kembali taktik penyiksaan yang dilakukan pasukan Amerika Serikat (AS) di penjara Abu Ghraib, Irak pada 2003 lalu.

Selain pemukulan, otoritas penjara Israel menghentikan perawatan medis bagi tahanan Palestina setidaknya selama minggu pertama setelah 7 Oktober. Para tahanan yang sebelumnya berhak mendapatkan waktu tiga hingga empat jam di luar sel atau di halaman, tetapi sekarang dikurangi menjadi tidak sampai satu jam. Sel-sel yang penuh sesak kini menampung dua kali lipat jumlah tahanan hingga mengakibatkan banyak dari mereka yang hanya bisa tidur di lantai tanpa kasur.

Otoritas penjara Israel juga telah memutus aliran listrik dan air panas, melakukan penggeledahan sel, mencabut semua perangkat listrik termasuk TV, radio, kompor dan ketel, serta menutup kantin yang digunakan para tahanan untuk membeli makanan dan kebutuhan pokok.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.