3 Kesepakatan Alim Ulama PBNU, Gus Yahya Batal Mundur dari Ketum

Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (tengah). Foto: Instagram @yahyacholilstaquf

Ikhbar.com: Silaturahim Alim Ulama yang digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menghasilkan tiga kesepakatan penting yang menegaskan tidak adanya pemakzulan maupun pengunduran diri Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya.

Keputusan tersebut sekaligus meredam polemik yang sempat mencuat terkait masa kepemimpinan Gus Yahya.

Katib Aam PBNU, KH Ahmad Said Asrori, menyampaikan bahwa forum silaturahim yang berlangsung pada Ahad, 23 November 2025 malam, menjadi ruang musyawarah para kiai untuk menyatukan pandangan terkait dinamika internal organisasi. Dari pertemuan itu lahir tiga poin utama yang mengikat seluruh peserta.

Poin pertama, para kiai sepakat bahwa perlu digelar silaturahim yang lebih besar dengan melibatkan lebih banyak alim ulama.

Baca: PBNU Desak Polisi Tindak Gus Elham

“Semua kiai, semua mengusulkan agar ada silaturahim yang lebih besar di antara para alim, para kiai,” ujar Kiai Said.

Ia menekankan bahwa persoalan yang sudah menjadi pembahasan publik harus dibicarakan secara terbuka dan bijak.

Kesepakatan kedua, seluruh kiai menegaskan bahwa masa kepengurusan PBNU harus dituntaskan sampai akhir periode, yakni hingga muktamar tahun depan.

“Sepakat kepengurusan PBNU harus selesai sampai satu periode, tidak ada pemakzulan, tidak ada pengunduran diri,” tegasnya.

Pada poin ketiga, para alim ulama menyerukan agar semua pihak memperbanyak perenungan untuk menjaga kemaslahatan organisasi. Kiai Said kembali menegaskan bahwa kepengurusan harian PBNU, mulai dari Rais Aam hingga Ketua Umum, tetap berjalan utuh hingga Muktamar mendatang.

“Tidak ada pengunduran dan tidak ada pemaksaan pengunduran diri,” katanya.

Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, menyampaikan bahwa sekitar 50 kiai dari berbagai daerah hadir secara langsung maupun melalui sambungan virtual.

“Kiai dari berbagai daerah, dan ini ada Syekh Ali Akbar Marbun dari Medan,” ujarnya.

Menurut Gus Yahya, para kiai menyesalkan munculnya polemik terkait rapat harian Syuriah dan risalah yang ikut beredar.

“Semuanya menghendaki agar segala sesuat, dikembalikan kepada AD/ART, dikembalikan kepada sistem aturan yang ada,” tutur Gus Yahya.

Ia menambahkan bahwa hambatan internal harus diselesaikan tanpa memperluas konflik di tubuh PBNU.

Silaturahim lanjutan yang lebih besar dijadwalkan digelar di Pesantren Lirboyo, Kediri. Gus Yahya berharap forum itu menjadi ruang penyelesaian yang lebih komprehensif.

“Insyaallah nanti akan digelar pertemuan yang lebih luas, yang akan dituanrumahi oleh Pesantren Lirboyo,” katanya.

Sebelumnya, beredar risalah rapat harian Syuriah PBNU yang memutuskan agar Gus Yahya mengundurkan diri dalam waktu tiga hari setelah menerima risalah tersebut. Jika tidak, Syuriah menyatakan akan memberhentikannya. Risalah itu ditandatangani Rais Aam PBNU, Miftachul Akhyar, berdasarkan rapat di Hotel Aston City Jakarta pada Kamis, 20 November 2025.

“KH Yahya Cholil Staquf harus mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum, dalam waktu 3 (tiga) hari,” demikian salah satu poin dalam risalah itu.

Jika tidak dipenuhi, Syuriah menyatakan akan mengambil langkah pemberhentian. Dorongan tersebut dikaitkan dengan undangan narasumber jaringan zionisme internasional dalam program Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU), yang dinilai bertentangan dengan nilai Ahlussunnah wal Jamaah An Nahdliyah.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.