Ikhbar.com: Pameran bertajuk “Gus Dur dan Daisaku Ikeda untuk Kemanusiaan: Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian” dibuka di Universitas Indonesia, Depok, pada Senin, 13 Oktober 2025.
Acara yang berlangsung hingga Kamis, 23 Oktober 2025 ini digelar Yayasan Bani Abdurrahman Wahid bekerja sama dengan Soka Gakkai Indonesia sebagai bentuk penghormatan terhadap persahabatan dua tokoh perdamaian dunia, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dan tokoh perdamaian Jepang, Daisaku Ikeda.
Ketua Pelaksana, Ning Inaya Wahid, menyampaikan bahwa pameran ini diselenggarakan untuk memperingati 15 tahun pertemuan Gus Dur dan Ikeda yang kemudian diabadikan dalam sebuah buku dialog. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meneguhkan nilai persahabatan di tengah keberagaman.
Baca: Tokoh Perdamaian Jepang Ungkap Keajaiban Gus Dur dalam Dialog Antaragama
“Kami tidak menargetkan hal yang muluk-muluk, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membangun persahabatan. Gelombang persahabatan harus terus diciptakan, sebab persahabatan adalah awal dari perdamaian,” ujar Ning Inaya dalam sambutannya.
Menurut Ning Inaya, buku yang menjadi dasar dari pameran ini lahir dari pertemuan dua tokoh lintas agama tersebut lebih dari satu dekade lalu. Buku berjudul Dialog Peradaban memuat pandangan mereka mengenai isu-isu kemanusiaan global, termasuk konflik agama dan persoalan intoleransi.
“Kenapa buku ini harus diperingati? Karena ini salah satu wasiat Gus Dur dan Ikeda agar pemikiran mereka terus disebarluaskan. Buku ini relevan dengan kondisi dunia hari ini,” tambahnya.
Sebelum diadakan di Universitas Indonesia, pameran serupa telah digelar di Masjid Istiqlal dan akan dilanjutkan ke Pusat Kebudayaan Soka Gakkai Indonesia. Inaya menilai isi buku tersebut sangat relevan dengan situasi Indonesia masa kini, terutama terkait kesulitan pendirian rumah ibadah dan maraknya penolakan terhadap kelompok minoritas.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Agama (Kemenag), Prof. Ali Ramdhani, memberikan apresiasi atas penyelenggaraan pameran ini. Ia menyebut pemikiran Gus Dur dan Ikeda memberi kontribusi besar dalam memudahkan upaya pemerintah mengarusutamakan moderasi beragama.
“Kami hanya mengambil intisari dari pemahaman keduanya terhadap dinamika kehidupan untuk kemudian kami amplifikasi. Cara kedua orang besar ini mengentaskan problematika kehidupan, khususnya dalam mengusung nilai-nilai peradaban dan perdamaian, patut dijadikan rujukan,” ucapnya.
Dalam buku Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian, Gus Dur dan Ikeda menyampaikan bahwa toleransi dapat diwujudkan oleh siapa saja selama dilandasi empati dan kemanusiaan.
Prof. Dhani menjelaskan, pameran ini tidak hanya menjadi ruang apresiasi, tetapi juga arena dialog untuk menggali kembali relevansi pemikiran keduanya di tengah tantangan zaman.
“Dalam konteks moderasi beragama, persahabatan sejatinya menjadi hal yang paling mendasar. Cara beragama yang moderat dimulai dari keinginan untuk bersahabat dengan siapa pun,” pungkasnya.
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan, panitia juga menyiapkan peluncuran versi audio book. Pameran ini menampilkan tiga fokus utama: menghidupkan kembali isi buku Dialog Peradaban, menghadirkan figur Gus Dur dan Daisaku Ikeda dalam keseharian, serta menyampaikan pesan perdamaian melalui karya seni.
Suasana pembukaan berlangsung semarak. Ratusan peserta memadati Makara Art Center Universitas Indonesia sejak pagi, mulai dari civitas akademika, pelajar, hingga masyarakat umum yang antusias mengikuti acara.