Ikhbar.com: Lima jurnalis Al Jazeera tewas dalam serangan drone Israel yang menghantam tenda media di gerbang utama Rumah Sakit al-Shifa, Kota Gaza, Ahad, 10 Agustus 2025 malam.
Korban tewas meliputi Anas al-Sharif (28), Mohammed Qreiqeh (33), Ibrahim Zaher (25), Mohammed Noufal (29), dan Moamen Aliwa (23). Serangan itu juga menewaskan dua orang lainnya.
“Drone Israel menghantam tenda sekitar pukul 23.35 waktu setempat,” ujar reporter Al Jazeera, Hani al-Shaer, dikutip pada Selasa, 12 Agustus 2025.
Baca: 130 Media Desak Israel Cabut Larangan Jurnalis Asing ke Gaza
Ini bukan kali pertama jurnalis Al Jazeera menjadi target Israel. Sejak 2023, setidaknya lima jurnalis media tersebut terbunuh, termasuk Samer Abudaqa yang dibiarkan berdarah hingga meninggal karena petugas medis dihalangi masuk oleh militer Israel.
Nama lain yang gugur antara lain Hamza Dahdouh, Ismail al-Ghoul, Rami al-Rifi, Ahmed al-Louh, dan Hossam Shabat.
Menurut Reporters Without Borders (RSF), 2024 menjadi tahun paling mematikan bagi jurnalis dengan lebih dari 120 korban.
Sementara itu, data Shireen.ps menunjukkan hampir 270 jurnalis dan pekerja media tewas dalam 22 bulan perang di Gaza, atau rata-rata 13 orang per bulan.
Al Jazeera mengecam pembunuhan ini sebagai serangan terang-terangan dan terencana terhadap kebebasan pers, mengingat para korban merupakan sedikit dari jurnalis yang masih melaporkan kondisi Gaza, sementara media internasional dilarang masuk.
Baca: Jurnalis Palestina yang Terbunuh di Gaza Lampaui Jumlah Wartawan Tewas di Dunia
Amnesty International menilai tindakan ini sebagai kejahatan perang, menyebut al-Sharif sebagai “jurnalis pemberani dan luar biasa” yang pernah meraih Penghargaan Pembela Hak Asasi Manusia 2024.
PBB, Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ), dan berbagai organisasi media menyerukan investigasi internasional, menegaskan jurnalis harus dapat bekerja tanpa rasa takut menjadi target serangan.