Warga Kashmir: Kami Tak Ingin Perang

Orang-orang yang terluka akibat penembakan lintas batas di sektor Uri menerima perawatan di sebuah rumah sakit di Uri, Kashmir yang dikelola India, pada 7 Mei 2025. Foto: Reuters

Ikhbar.com: Ketegangan militer antara India dan Pakistan kembali memanas. Warga Kashmir menjadi korban utama di tengah gempuran rudal.

Sedikitnya 11 warga tewas akibat tembakan balasan dari Pakistan ke wilayah Kashmir yang dikuasai India, termasuk dua saudara kandung, seorang bocah tujuh tahun, remaja, ibu rumah tangga, dan para pedagang.

Baca: Dipicu Film, Hindu India Ancam Bongkar Makam Penguasa Islam Mughal

Serangan ini diduga sebagai balasan atas serangan rudal India ke berbagai lokasi di Punjab dan Kashmir yang dikuasai Pakistan, yang sebelumnya dipicu serangan terhadap wisatawan India di Pahalgam, pada 22 April, yang menewaskan 26 orang.

“Segala yang saya bangun hancur lebur,” ungkap seorang perempuan dalam video yang dibagikan warga Poonch, dikutip dari Al Jazeera, pada Jumat, 9 Mei 2205.

Dalam rekaman itu, terlihat tangga runtuh, dinding berlubang, dan halaman berlumur darah.

Pakistan menyebut 31 korban jiwa dari serangan India adalah warga sipil. Sebaliknya, India menuduh Pakistan melindungi kelompok bersenjata yang bertanggung jawab atas serangan Pahalgam. India mengeklaim hanya menyasar “kamp-kamp teroris”.

Bentrokan kali ini disebut para analis lebih luas daripada Perang Kargil 1999, karena mencakup empat kota di Punjab dan wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan.

“Perang ini dipaksakan pada kami,” ujar Direktur Centre for Land Warfare Studies di New Delhi, Tara Kartha.

Baca: Bentrok Suni dan Syiah di Pakistan kembali Pecah, 133 Orang Tewas

Menurutnya, konflik saat ini lebih brutal dan tak terkendali dibanding insiden serupa pada 2019.

Sementara itu, warga Kashmir di garis depan hanya bisa bertahan di tengah ledakan. Banyak warga kecewa pada lambannya respons pemerintah.

Jurnalis senior dari Jammu, Zafar Choudhary, menilai India gagal mengantisipasi serangan balasan Pakistan dan tak segera mengevakuasi warga, sehingga korban berjatuhan.

“Setiap kali ketegangan meningkat, masyarakat perbukitanlah yang jadi tumbal,” ungkap Choudhary.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.