Guru Jangan Sering Main Medsos, Ini Alasannya!

Ilustrasi bermain Medsos. Foto: Pexels

Ikhbar.com: Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) KH Abdul Mu’ti mengingatkan para guru di seluruh Indonesia untuk lebih bijak menggunakan media sosial (medsos). Ia menilai, penggunaan medsos yang tidak hati-hati dapat membuka peluang besar terjerumus dalam konten-konten negatif yang kini marak di era digital.

Hal itu disampaikan Kiai Mu’ti saat membuka acara Pekan Olahraga dan Seni SMK Muhammadiyah (Porsikam) di SMK Muhammadiyah 3 Metro, Lampung pada Sabtu, 26 April 2025.

“Di zaman sekarang, banyak konten dibuat semata-mata demi keviralan, bukan kebenaran. Ada yang sekadar mencari sensasi untuk mendapatkan sesuap nasi, tanpa peduli isi dan akurasi informasinya,” ujar Kiai Mu’ti dikutip dari Antara pada Ahad, 27 April 2025.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) KH Abdul Mu’ti saat membuka Pekan Olahraga dan Seni SMK Muhammadiyah (Porsikam) di SMK Muhammadiyah 3 Metro, Provinsi Lampung pada Sabtu, 26 April 2025. Foto: ANTARA/Hendra Kurniawan/aa.

Ia menambahkan, tidak sedikit pula konten-konten yang berisi fitnah atau hoaks yang dapat menyesatkan masyarakat. Karena itu, ia meminta para guru lebih selektif dalam menyikapi informasi di mesos.

Baca: Survei: Mayoritas Pelajar dan Mahasiswa Indonesia Hobi Menyontek

“Belakangan juga muncul gerakan ‘no viral no justice’, seolah-olah keadilan baru bisa ditegakkan setelah viral di medsos. Ini sering kali disertai dramatisasi tanpa kejelasan fakta,” terangnya.

Lebih lanjut, Kiai Mu’ti mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap tawaran pekerjaan secara daring. Menurutnya, banyak kasus penipuan hingga perdagangan manusia yang berawal dari lowongan kerja online.

“Banyak korban yang kini terjebak di Kamboja dan Myanmar karena tertipu lowongan pekerjaan lewat internet. Jadi, harus ekstra hati-hati dalam mencari kerja secara online,” imbaunya.

Dalam kesempatan itu, Kiai Mu’ti juga memaparkan program terbaru Kemendikdasmen berupa pengembangan kurikulum deep learning atau pembelajaran mendalam. Kurikulum ini dirancang untuk menghadirkan pembelajaran yang mindful (sadar), meaningful (bermakna), dan joyful (menyenangkan).

“Kami ingin pendidikan dijalankan dengan semangat. Guru mencintai ilmunya, mencintai muridnya, dan sebaliknya murid mencintai guru,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa lingkungan pendidikan ideal harus terbebas dari praktik perundungan (bullying). “Semua murid harus merasa bahagia, dihargai, dan terhormat di sekolah,” tutupnya.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.