24 Juta Porsi Takjil telah Disuguhkan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi selama Ramadan

Suasana pembagian takjil di Masjid Nabawi jelang berbuka puasa. Dok SPA

Ikhbar.com: Pemerintah Arab Saudi, melalui Otoritas Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, telah menyajikan lebih dari 24 juta porsi takjil selama bulan suci Ramadan 1446 H. Program besar ini dilaksanakan bersama sejumlah lembaga amal yang tersebar di berbagai titik dua masjid suci, Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.

“Total sebanyak 24.012.207 porsi makanan berbuka puasa telah dibagikan kepada para jemaah dan pengunjung sepanjang Ramadan tahun ini,” rilis otoritas tersebut, sebagaimana dikutip dari Saudi Press Agency (SPA), pada Ahad, 6 April 2025.

Baca: Berapa Tagihan Listrik Masjidil Haram? Segini Biaya Perbulannya

Menurut mereka, jumlah tersebut mencerminkan skala logistik dan koordinasi besar yang dilakukan oleh berbagai instansi pemerintah dan organisasi nirlaba, dengan dukungan penuh dari relawan dan mitra lokal.

Seluruh proses distribusi takjil dilakukan dengan menerapkan standar tinggi dalam aspek kesehatan dan tata kelola. Otoritas menyatakan bahwa prosedur pelaksanaan dirancang secara cermat untuk memastikan keamanan pangan serta kenyamanan para jemaah yang berbuka di lingkungan dua masjid suci. Setiap titik pembagian telah diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu arus lalu lintas jamaah maupun aktivitas ibadah yang sedang berlangsung.

“Distribusi makanan ini bukan hanya tentang memberi makan,” ujar seorang pejabat dari Otoritas Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

“Ini adalah bentuk nyata dari kasih sayang, kebersamaan, dan nilai-nilai luhur Islam yang ingin ditanamkan kepada seluruh umat Muslim, terlebih pada bulan penuh keberkahan ini,” sambungnya.

Program pembagian takjil ini dilaksanakan sejumlah lembaga dengan dukungan dan pengawasan langsung dari otoritas keagamaan tertinggi di dua kota suci. Ribuan relawan dari berbagai lapisan masyarakat terlibat dalam kegiatan tersebut, mulai dari persiapan logistik hingga penyajian makanan kepada jemaah. Setiap hari menjelang waktu magrib, suasana sekitar masjid-masjid tersebut dipenuhi oleh barisan saf makanan siap saji, mulai dari kurma, roti, air zamzam, hingga menu-menu khas berbuka puasa.

Dengan mempertimbangkan jumlah takjil yang disalurkan, dan jika dirata-ratakan dengan biaya sederhana sebesar 10 riyal per paket — setara dengan kurang lebih Rp43.000 — maka nilai keseluruhan dari distribusi ini mencapai sekitar Rp1 triliun. Angka ini menunjukkan besarnya anggaran yang dialokasikan baik oleh pemerintah maupun para donatur yang mendukung program ini secara sukarela.

Tak hanya memberi makan, program ini juga bertujuan memperkuat ikatan sosial di antara umat Islam. Otoritas menegaskan bahwa kegiatan ini menjadi bagian dari upaya mempertahankan nilai-nilai religius dan moral yang kuat di tengah masyarakat Muslim global. Dalam konteks ini, bulan Ramadan bukan hanya dipahami sebagai momen berpuasa, melainkan juga sebagai waktu untuk meningkatkan solidaritas sosial.

Sejumlah lembaga amal yang terlibat dalam kegiatan ini menyampaikan apresiasi atas kerja sama yang terjalin antara pemerintah dan sektor masyarakat sipil. Salah satu pengelola yayasan amal di Makkah mengatakan bahwa pihaknya merasa terhormat dapat berpartisipasi dalam program tersebut. Ia menambahkan bahwa kegiatan ini telah menjadi bagian penting dari tradisi pelayanan terhadap jemaah yang datang dari berbagai penjuru dunia.

“Setiap tahun kami berusaha untuk memperbaiki layanan dan menambah kapasitas. Tahun ini, kami melihat lonjakan besar dalam jumlah penerima manfaat, yang menunjukkan besarnya antusiasme masyarakat untuk ikut serta dalam ibadah berjamaah dan berbuka puasa bersama di masjid suci,” kata salah seorang koordinator lapangan.

Baca: Makin Mewah, Masjid Nabawi Diterangi 30 Pencahayaan Unik

Dalam pelaksanaannya, pengelolaan distribusi takjil dilakukan dengan sistem yang rapi dan terstruktur. Otoritas menggunakan teknologi pemetaan area dan sistem antrean elektronik untuk menghindari kerumunan serta memastikan distribusi merata ke seluruh bagian masjid. Tim kesehatan juga dikerahkan di beberapa titik untuk memantau kondisi jemaah dan memberikan pertolongan pertama jika diperlukan.

Partisipasi masyarakat dalam kegiatan ini pun meningkat signifikan. Banyak keluarga di Makkah dan Madinah secara sukarela menyiapkan makanan berbuka yang kemudian disalurkan melalui jalur resmi otoritas. Tradisi ini mencerminkan budaya kerelawanan yang telah mengakar di masyarakat Saudi, terutama dalam menyambut bulan Ramadan yang dikenal sebagai bulan kemurahan dan kebaikan.

Seiring dengan meningkatnya jumlah jemaah umrah yang datang dari berbagai negara, penyediaan logistik makanan juga menjadi tantangan tersendiri. Otoritas menyatakan bahwa perencanaan telah dimulai jauh sebelum Ramadan tiba, dengan memperkirakan lonjakan pengunjung serta kebutuhan dasar yang harus dipenuhi selama 30 hari penuh.

Sejumlah laporan juga mencatat bahwa kebijakan ini mendapat sambutan hangat dari jemaah mancanegara. Banyak dari mereka menyampaikan rasa syukur atas layanan yang diberikan, terutama dalam momen-momen menjelang berbuka puasa ketika kebutuhan akan makanan dan minuman sangat tinggi. Beberapa jemaah menyebut pengalaman berbuka puasa di pelataran Masjidil Haram sebagai salah satu momen paling mengesankan dalam hidup mereka.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.