Ikhbar.com: Penerbangan Shenzhen Airlines dari Kota Shenzhen menuju Shanghai, Cina, pada Senin, 1 April 2024, mengalami penundaan selama dua jam setelah pertikaian dua penumpang perempuan berubah menjadi insiden kekerasan yang berujung pada tergigitnya seorang pramugari. Insiden tersebut terjadi saat pesawat tengah bersiap untuk lepas landas dan sempat terekam dalam sebuah video yang kemudian beredar luas di media sosial Tiongkok.
Peristiwa bermula dari keluhan salah satu penumpang perempuan terhadap bau badan penumpang yang duduk di sebelahnya.
“Penumpang yang ditegur tidak menerima komentar tersebut dan justru membalas dengan menyebut bahwa parfum yang dikenakan si pengeluh terlalu menyengat,” demikian laporan South China Morning Post, yang dikutip pada Ahad, 6 April 2025.
Baca: Pria Ini Butuh 5 Tahun untuk Beranikan Diri Naik Pesawat Terbang
Adu mulut pun tak terelakkan. Ketegangan yang semula hanya berupa saling sindir meningkat menjadi pertengkaran fisik yang membuat para awak kabin turun tangan.
Empat orang kru pesawat, terdiri dari dua pramugari dan dua staf pria, berusaha memisahkan kedua penumpang yang bertikai. Saat upaya tersebut berlangsung, salah seorang pramugari justru menjadi korban kekerasan. Lengan pramugari itu digigit oleh salah satu penumpang yang terlibat dalam keributan.
“Buka mulutmu! Kamu menggigit aku!” teriak pramugari, kesakitan.
Pihak Shenzhen Airlines mengonfirmasi bahwa pramugari yang menjadi korban hanya mengalami luka ringan. Ia langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapat penanganan medis dan dilaporkan dalam kondisi stabil.
Setelah insiden tersebut, kedua penumpang yang terlibat dalam pertikaian segera diturunkan dari pesawat dan diamankan oleh pihak kepolisian untuk dimintai keterangan lebih lanjut. Hingga kini, otoritas terkait belum mengumumkan sanksi atau tindakan hukum apa pun terhadap keduanya.
Insiden ini juga berdampak pada seluruh penumpang lain di penerbangan tersebut. Seluruh penumpang sempat diminta turun dari pesawat selama penanganan berlangsung. Penerbangan baru dapat kembali dilanjutkan sekitar dua jam setelah kejadian.
Melalui pernyataan resminya, Shenzhen Airlines menyesalkan insiden tersebut dan mengimbau seluruh penumpang agar menjaga etika serta sikap selama penerbangan. Maskapai juga menegaskan kembali komitmennya untuk melindungi hak dan keselamatan baik kru pesawat maupun seluruh penumpang.
“Shenzhen Airlines menyerukan kepada seluruh pelancong agar bepergian dengan sikap saling menghormati,” demikian isi pernyataan resmi yang dirilis sesaat setelah kejadian.
Maskapai menyatakan bahwa keselamatan awak dan penumpang adalah prioritas utama.
Meskipun peristiwa ini terjadi di ruang tertutup yang hanya dihadiri penumpang dan kru, peredaran video yang merekam suara dan suasana saat pramugari tergigit langsung mengundang perhatian publik. Banyak warganet di Tiongkok menyayangkan kejadian tersebut, menganggap insiden itu sebagai bentuk ketidaksopanan yang mencoreng citra pengguna transportasi udara.
Beberapa komentar di media sosial mengungkapkan kekhawatiran atas keselamatan awak kabin yang rentan menjadi korban kekerasan ketika menjalankan tugas. “Mereka sudah bekerja keras, harusnya tidak diperlakukan seperti itu,” tulis salah satu pengguna platform Weibo.
A flight attendant on #ShenzhenAirlines ZH9539 was bitten by a passenger on Monday while trying to break up a violent argument onboard, causing the #flight to be delayed for 2 hours. The incident is under investigation. pic.twitter.com/35oE72SeqI
— Shanghai Daily (@shanghaidaily) April 2, 2025
Di sisi lain, perdebatan tentang bau badan dan penggunaan parfum berlebihan pun ikut mencuat. Tidak sedikit pengguna media sosial yang merasa topik ini perlu mendapat perhatian lebih dalam dunia penerbangan, terutama ketika ruang kabin yang sempit membuat sensitivitas terhadap bau menjadi lebih tinggi dari biasanya. Sebagian netizen menilai, masalah ini seharusnya bisa diselesaikan secara elegan tanpa harus berujung pada kekerasan fisik.
Baca: Putra Mahkota Dubai Lompat dari Gedung Burj Khalifa Setinggi 828 Meter
Pengamat penerbangan di Tiongkok menyebut insiden tersebut sebagai gambaran dari meningkatnya tantangan dalam pengelolaan konflik antarpenumpang di era pascapandemi. Setelah pembatasan perjalanan selama beberapa tahun terakhir, penerbangan kembali dipadati oleh pelancong, namun tampaknya belum semua orang mampu beradaptasi dengan norma-norma sosial dalam ruang publik yang padat.
“Banyak orang kembali bepergian, tapi tidak semuanya kembali dengan sikap yang siap untuk hidup berdampingan dengan orang lain di ruang terbatas seperti kabin pesawat,” ujar seorang pakar sosial dari Universitas Renmin, Beijing.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada informasi lebih lanjut apakah penumpang yang menggigit pramugari akan dikenai denda atau hukuman. Berdasarkan Undang-Undang Penerbangan Sipil Tiongkok, tindakan kekerasan terhadap awak kabin bisa dikenai sanksi administratif maupun pidana, tergantung tingkat cedera dan dampak yang ditimbulkan.
Dari sisi maskapai, penundaan penerbangan seperti ini tentu menimbulkan kerugian. Meski tidak disebutkan secara rinci jumlah kerugian yang diderita Shenzhen Airlines, penundaan selama dua jam umumnya dapat menyebabkan kerugian operasional mencapai ribuan yuan. Jika dikonversi, nilai tersebut dapat berkisar antara 10.000 hingga 30.000 yuan atau sekitar Rp22 juta hingga Rp66 juta, tergantung pada jenis pesawat dan rute penerbangan.
Insiden ini sekaligus menjadi pengingat bahwa etika sosial tetap diperlukan bahkan dalam hal-hal yang tampak sepele. Perselisihan karena bau badan atau aroma parfum seharusnya bisa dihindari apabila setiap penumpang menjaga batas kenyamanan bersama dan tidak mudah terpancing emosi. Maskapai penerbangan pun dituntut untuk memiliki protokol tanggap darurat yang lebih sigap dalam menghadapi situasi tak terduga semacam ini.
Bagi sebagian orang, insiden seperti ini mungkin terdengar sepele. Tetapi bagi korban, khususnya awak kabin yang menjadi garda depan pelayanan, pengalaman ini bisa berdampak panjang, baik secara fisik maupun psikologis. Dalam hal ini, perlindungan hukum dan dukungan perusahaan terhadap awak pesawat menjadi faktor penting untuk mencegah kejadian serupa terulang di masa mendatang.