Ikhbar.com: Sebuah pedang kuno yang diduga kuat milik Fir’aun ditemukan di gubuk lumpur, Delta Nil, Mesir. Para arkeolog memperkirakan barang bersejarah tersebut berusia 3.000 tahun.
Dugaan kuat pedang tersebut milik For’aun adalah adanya lambang Ramses II. Para peneliti menyebutkan bahwa tanda pribadi itu milik Fir’aun.
Egyptologist dari Universitas Oxford, Elizabeth Frood mengatakan bahwa pedang tersebut tetap memantulkan cahaya meski sudah tertutup karat dan kotoran.
“Benda ini ditemukan dalam kondisi utuh. Ini adalah penemuan yang sangat mencolok dan benar-benar luar biasa,” kata Elizabeth Frood dikutip dari Washington Post pada Kamis, 3 Oktober 2024.
Baca: Makin Megah, Ini Update Pembangunan Ibu Kota Baru Mesir
Dalam pernyataan Kementerian Purbakala Mesir, disebutkan bahwa tim arkeolog menemukan senjata di antara tumpukan harta karun Mesir kuno. Lokasi penggalian membentang dari benteng kuno Tell Al-Abqain yang berjarak 30 mil dari tenggara Alexandria.
Benteng tersebut dalam sejarah dikenal penting sebagai perbatasan barat laut Mesir kuno di era kerajaan baru. Pada masa itu, peradaban Mesir dalam hal politik, militer, dan arsitektur berada di titik emas
“Bagi saya, benda yang memiliki cartouche Ramses II menunjukkan bahwa benda itu milik seseorang dengan pangkat yang relatif tinggi,” kata Frood.
Selain pedang, Frood menyebut bahwa arkeolog juga menemukan sejumlah benda bersejarah lainnya, di antaranya oven kuno untuk memasak, aplikator gading, dan kumbang scarab seremonial.
Baca: Ilmuwan: Mumi Fir’aun Dibuat tidak Sengaja
“Benda-benda tersebut mengungkap ritual sehari-hari prajurit masa Ramses II,” ujar dia.
Lebih lanjut, Frood juga menjelaskan bahwa arkeolog menemukan sejumlah perhiasan, cincin perunggu, dan kalung. Penemuan tersebut membuktikan bahwa orang-orang di zaman Ramses II sudah memahami nilai estetika.
“Barang-barang tersebut ditemukan di gubuk lumpur. Gubuk membentuk barak militer dan gudang senjata yang dipisahkan oleh lorong sempit,” katanya.
Ia menilai, barang-barang tersebut mencerminkan kehidupan disiplin ala militer di masanya. Situs tersebut dahulu kala digunakan untuk mempertahankan diri prajurit dari suku-suku Libya. Mereka dikenal sebagai pelaut yang agresif.
“Ini adalah unit pertahanan, yang mengendalikan perbatasan barat Mesir, dan mungkin juga digunakan sebagai pangkalan untuk intervensi militer terhadap kelompok Libya. Ini tampaknya menjadi masalah yang semakin meningkat pada dinasti ke-19 dan ke-20, atau bagian akhir kerajaan baru,” kata Frood.
Ramses II atau Fir’aun sendiri merupakan raja paling lama berkuasa kedua di Mesir kuno. Ia memimpin mulai 1279-1213 SM.
Sosok Ramses II dikenal sebagai ahli militer. Karenanya, ia berhasil membuat batas wilayah Mesir kuno meluas ke utara hingga kini berbatas di Levant.