Buku Buya Syafii Maarif Diterbitkan dalam Bahasa Arab, Gus Mis: Diplomasi Intelektual Indonesia

Buku Buya Syafii Maarif alih bahasa Arab berjudul Al-Islam fi Siyāq al-Khuṣūṣiyyah al-Indunīsiyyah wa al-Insāniyyah. INSTAGRAM/@zuhairimisrawi

Ikhbar.com : Gagasan besar Prof. Dr. KH Ahmad Syafii Maarif, atau yang lebih masyhur disapa Buya Syafii Maarif, tentang Islam, kebangsaan, dan kemanusiaan, kini menjangkau pembaca dunia Arab. Karya intelektual tokoh Muslim Indonesia itu resmi diterjemahkan ke dalam judul Al-Islam fi Siyāq al-Khuṣūṣiyyah al-Indunīsiyyah wa al-Insāniyyah (Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan).

Penerbitan ini menjadi bagian dari upaya diplomasi intelektual Indonesia untuk memperkenalkan wajah Islam Indonesia yang moderat, damai, dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan kepada dunia Timur Tengah.

Informasi ini disampaikan oleh Duta Besar Republik Indonesia (RI) untuk Tunisia, KH Zuhairi Misrawi, dalam unggahan di media sosial resminya, Selasa, 22 Juli 2025.

Baca: Dubes Zuhairi Misrawi Promosikan Toleransi Beragama Indonesia di Insen TV Tunisia

Menurut Gus Mis, sapaan akrabnya, proyek penerjemahan dimulai setelah pertemuannya dengan Direktur Maarif Institute, Andar Nubowo, di Jakarta. Dalam pertemuan itu, Andar menyampaikan pesan almarhum Buya Syafii yang pernah menginginkan agar karya-karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

“Buya berpesan agar karya-karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Arab,” ujar Andar, sebagaimana dikutip Gus Mis.

Menanggapi hal itu, Gus Mis langsung menyatakan komitmennya untuk mendukung proses penerjemahan sekaligus penerbitan buku tersebut.

Buku ini merangkum pemikiran fundamental Buya Syafii tentang posisi Islam dalam konteks kebangsaan serta kontribusinya terhadap solidaritas kemanusiaan universal.

“Buya ingin Islam menjadi bagian penting dalam pemikiran kebangsaan kita dan memberi sumbangsih besar pada tatanan serta solidaritas kemanusiaan,” tulis Gus Mis.

Menurutnya, penerbitan dalam bahasa Arab ini tidak hanya memperluas jangkauan pemikiran Buya di kalangan intelektual dan masyarakat Muslim Timur Tengah, tetapi juga menjadi ruang dialog konstruktif antara Islam Indonesia dan dunia Arab.

“Saya masih ingat pesan Buya Syafii, ‘Kita mesti menyumbangkan pemikiran keislaman ke dunia Arab, sehingga terjadi dialektika konstruktif,’” kenangnya.

Buya Syafii Maarif. Dok MUHAMMADIYAH

Lebih jauh, Gus Mis menyebut bahwa langkah ini merupakan bentuk nyata dari kontribusi Indonesia dalam percakapan intelektual dunia Islam. Di tengah berbagai ketegangan global atas nama agama, pemikiran Buya Syafii dinilai sangat relevan dalam membangun pemahaman lintas budaya dan menjembatani keragaman dalam Islam.

“Ini juga menjadi bentuk penghormatan atas warisan intelektual Buya Syafii sekaligus penguatan posisi Indonesia sebagai penyuara Islam yang ramah dan berkemajuan,” ujarnya.

Baca: Buku ‘Radikalisme di Media Sosial,’ Telaah Watak Keagamaan Pengguna Internet Karya Kiai Muda M. Nuruzzaman

Sebagai penutup, Gus Mis menyampaikan harapan sederhana tetapi sangat menyentuh.

“Semoga Buya Syafii tersenyum di alam baka setelah kami mewujudkan keinginannya ini,” tulis tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) tersebut.

Buya Syafii Maarif dikenal sebagai cendekiawan Muslim pembaru, mantan Ketua Umum (Ketum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, dan tokoh moral bangsa. Buya Syafii Maarif wafat pada 27 Mei 2022. Pemikirannya terus menjadi rujukan penting dalam isu-isu keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan, baik di dalam negeri maupun dalam percakapan global.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.