Generasi Zakat, Gerakan Baru Gen Z Merawat Perubahan Sosial

Banyak anak muda hanya mengenal zakat fitrah, tetapi belum memahami zakat maal, mekanisme distribusi, maupun dampak sosialnya. Padahal, Gen Z merupakan kelompok usia terbesar di Indonesia.
Ilustrasi zakat. Foto: Getty Images

Oleh: Siti Mahmudah (Tim Media Gerakan Generasi Zakat, Pengurus Harian Bendahara Bidang Media, Komunikasi dan Informasi KOPRI PB PMII Masa Khidmat 2024-2027)

ZAKAT kerap dipahami sebatas kewajiban ibadah yang ditunaikan saat Ramadan. Padahal, sejak awal Islam, zakat dirancang sebagai instrumen sosial untuk menjaga keadilan, mengentaskan kemiskinan, serta memperkuat kelompok masyarakat rentan. Di Indonesia, potensi zakat nasional sangat besar, diperkirakan berkisar antara Rp230 triliun hingga lebih dari Rp300 triliun per tahun.

Data Kementerian Agama (Kemenag) RI pada 2021 mencatat potensi zakat mencapai Rp230 triliun. Sementara itu, rilis resmi Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) per Agustus 2025 menyebutkan potensi zakat nasional telah melampaui Rp300 triliun per tahun. Bahkan, sejumlah kajian memperkirakan angkanya bisa mencapai Rp327,6 triliun. Sayangnya, potensi besar ini belum dimanfaatkan secara optimal karena realisasi penghimpunan masih jauh di bawah angka potensial tersebut.

Salah satu penyebab utamanya adalah rendahnya literasi zakat, khususnya di kalangan Generasi Z (Gen Z). Banyak anak muda hanya mengenal zakat fitrah, tetapi belum memahami zakat maal, mekanisme distribusi, maupun dampak sosialnya. Padahal, Gen Z merupakan kelompok usia terbesar di Indonesia.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 mencatat, penduduk yang lahir antara 1997 hingga 2012 mencapai hampir 28% populasi nasional, atau sekitar 75 juta jiwa. Ini adalah kekuatan sosial yang sangat besar untuk menggerakkan perubahan.

Berangkat dari kegelisahan tersebut, lahirlah gagasan Generasi Zakat, sebuah gerakan yang mengajak anak muda terlibat bukan hanya sebagai pembayar zakat, tetapi sebagai bagian dari gerakan perubahan sosial. Gerakan ini menawarkan pendekatan yang lebih dekat dengan bahasa, budaya, dan cara berpikir Gen Z.

Organisasi Gerakan Generasi Zakat Gen Z. Foto: Dok. Pribadi

Ada tiga gagasan utama yang menjadi pilar Generasi Zakat. Pertama, Zakat for Change. Zakat tidak lagi dipahami semata sebagai bantuan konsumtif, melainkan sebagai instrumen pemberdayaan. Dana zakat seharusnya mampu mendorong transformasi sosial, mulai dari pengentasan kemiskinan, penguatan UMKM, perluasan akses kesehatan, hingga peningkatan kemandirian ekonomi kelompok rentan. Spirit zakat adalah perubahan jangka panjang, bukan sekadar bantuan sesaat.

Baca: Jumatan di Siberia

Kedua, Zakat harus tepat. Kritik publik terhadap pengelolaan zakat kerap muncul pada aspek ketepatan distribusi. Apakah zakat benar-benar sampai kepada mustahik yang berhak? Apakah manfaatnya sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat? Ketepatan di sini berarti berbasis data, transparan, dan akuntabel. Di tengah tantangan kemiskinan dan ketimpangan yang masih tinggi, setiap rupiah dana zakat harus membawa dampak nyata.

Ketiga, Zakat Watch. Gen Z didorong untuk berperan aktif dalam mengawasi pengelolaan zakat. Pengawasan bukan untuk menumbuhkan kecurigaan, melainkan menjaga amanah publik. Dalam tradisi Islam, amar ma’ruf nahi munkar merupakan tanggung jawab bersama. Dengan literasi digital yang kuat dan keberanian bersuara, anak muda dapat menjadi penjaga integritas ekosistem zakat agar tetap bersih dan terpercaya.

Gerakan Generasi Zakat lahir dari keyakinan bahwa perubahan sosial tidak akan terjadi jika zakat hanya dipandang sebagai ritual. Zakat adalah fondasi solidaritas sosial dalam Islam. Ketika dikelola secara profesional, partisipatif, dan transparan, zakat berpotensi memutus rantai kemiskinan serta mengurangi ketimpangan. Sebaliknya, tanpa keterlibatan publik, kepercayaan masyarakat terhadap lembaga zakat akan mudah terkikis.

Di era digital, pola penunaian zakat juga mengalami perubahan. Banyak masyarakat menyalurkan zakat melalui aplikasi dan platform daring. Perubahan ini harus diiringi dengan peningkatan literasi, transparansi, dan akuntabilitas. Di sinilah peran Gen Z menjadi sangat penting, bukan hanya sebagai penggerak kampanye digital, tetapi juga sebagai jembatan edukasi, pengawas distribusi, dan mitra kritis bagi lembaga zakat.

Dengan demikian, Generasi Zakat adalah undangan terbuka bagi seluruh Gen Z untuk ikut merawat perubahan sosial. Menjadikan zakat sebagai gerakan sosial, memastikan penyalurannya tepat sasaran, serta menjaga lembaganya tetap transparan dan akuntabel. Gerakan ini bukan milik lembaga tertentu, melainkan milik publik yang percaya bahwa zakat adalah salah satu jalan membangun masyarakat yang adil dan berkeadaban.

Kami mengundang para pembaca yang budiman untuk menyumbangkan buah pikirannya melalui kanal ‘Risalah.’ Kirimkan tulisan terbaik Anda melalui email redaksi@ikhbar.com.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.