Ikhbar.com: Merutinkan bangun tidur di sepertiga malam untuk qiamul lail atau mendirikan salat dan berzikir adalah amalan utama yang dianjurkan dalam Islam. Terlebih jika hal itu dilakukan selama bulan suci Ramadan.
Tim Ahli Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, Kiai Ghufroni Masyhuda mengatakan, Ramadan datang dengan berbagai amalan mulia, dari puasa, salat tarawih, membaca Al-Qur’an atau tadarus, berdoa, hingga menghidupkan 10 malam terakhir Ramadan demi mendapatkan lailatulkadar.
“Oleh karena itu, kita disarankan bertobat sebelum memasuki Ramadan. Dengan bertobat, hati menjadi bersih. Sehingga kita bisa menjalankan ibadah dengan semangat yang tinggi. Sebab, banyak orang merasa terganggu, malas, dan berat untuk mengerjakan amal saleh karena dosa-dosa yang ia lakukan,” katanya, Rabu, 1 Maret 2023.
Kiai Ghufron menceritakan, bahwa Syekh Fudhail bin Iyadh pernah berkata, “Jika engkau tidak mampu menunaikan salat di waktu malam dan puasa di siang hari, maka ketahuilah, engkau sedang terhalang dosa-dosamu.”
“Imam Al-Ghazali juga menjawabi keluhan seseorang tentang susahnya qiamul lail dengan perkataan, ‘Dosa-dosamu telah membelenggu,” kata sosok yang juga anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Cirebon tersebut.
Imam Sufyan At-Tsauri, kata Kiai Ghufron, pernah berkata “Aku pernah terhalang tidak bisa bangun malam untuk qiamul lail karena sebab satu dosa yang dilakukan. Dosa itu adalah ketika saya melihat orang yang sedang menangis, lalu saya bersuuzan menganggapnya hanya berpura-pura.”
Kiai Ghufron juga menyitir pesan waliyullah fenomenal, Ibrahim bin Adham. “Janganlah bermaksiat di siang hari, niscaya Allah akan membangunkanmu untuk bermunajat di hadapan-Nya di malam hari.”
“Karena bermunajat ialah kemuliaan paling besar, sementara orang bermaksiat tidak akan pernah mendapatkan kemuliaan itu,” sambung Kiai Ghufron.