Ikhbar.com: Kemunculan iklan minuman sirop di berbagai stasiun televisi sering dijadikan bahan kelakar tanda kian dekatnya kedatangan bulan Ramadan. Kehadiran Ramadan memang sangat dinanti umat Islam karena telah dinyatakan sebagai bulan penuh keberkahan dan kemuliaan.
Meskipun begitu, kedatangan Ramadan sejatinya pantang disambut tanpa persiapan. Setiap Muslim dianjurkan melakukan sejumlah hal dalam rangka menyambut kedatangan bulan penuh keberkahan.
Tim Ahli Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, Kiai Ghufroni Masyhuda menyebut ada lima hal penting yang perlu dilakukan seorang Muslim dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Kelima perkara ini, menurutnya, kerap terlewatkan masyarakat awam.
“Pertama, meneguhkan niat, tekad, dan kemantapan untuk mengisi amalan-amalan kebaikan di bulan suci. Sebab, Ramadan datang dengan berbagai amalan mulia yang dianjurkan, dari puasa, salat tarawih, membaca Al-Qur’an atau tadarus, berdoa, hingga menghidupkan 10 malam terakhir Ramadan demi mendapatkan lailatulkadar,” ungkap dia, Rabu, 1 Maret 2023.
Menurut Kiai Ghufron, memperkuat tekad tersebut menjadi penting lantaran amal ibadah apapun bergantung pada kebulatan niat.
“Kedua, harus merasa bahagia atas kedatangan bulan Ramadan. Karena, Allah Swt melimpahkan kemuliaan yang khusus di bulan ini,” katanya.
Hal itu, kata Kiai Ghufron, merujuk hadis Rasulullah Muhammad Saw:
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَتُغَلَّقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ، لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Sungguh telah datang kepadamu bulan yang penuh berkat, diwajibkan atas kamu untuk puasa, dalam bulan ini pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, setan- setan dibelenggu. Di dalam bulan ini ada suatu malam yang nilanya sama dengan seribu bulan. Maka barang siapa diharamkan kebaikannya (tidak beramal baik di dalamnya), sungguh telah diharamkan (tidak mendapat kebaikan di bulan lain seperti di bulan ini).” ( HR. Ahmad, Nasai, dan Baihaqi).
“Ketiga, membersihkan hati dari dosa dan kemaksiatan. Sebab, pada dasarnya tobat adalah kewajiban di setiap saat. Namun, demi menyambut datangnya bulan yang agung, berkah, penuh maghfirah (ampunan), maka sangat tepat sekali jika setiap orang bertobat kepada Allah Swt serta bertobat dari dosa terkait hak orang lain didzalimi,” terang Kiai Ghufron.
Menurut sosok yang juga anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Cirebon tersebut, proses pertobatan bertujuan agar setiap Muslim bisa menyibukkan diri dengan ketaatan ketika masuk bulan suci Ramadan.

“Dengan bertobat, hati menjadi bersih. Maka kita bisa menjalankan ibadah dengan semangat yang tinggi. Sebab, banyak orang merasa terganggu saat mengerjakan amal saleh karena dosa-dosa yang ia lakukan,” katanya.
Kiai Ghufron menceritakan, bahwa Syekh Fudhail bin Iyadh pernah berkata, “Jika engkau tidak mampu menunaikan salat di waktu malam dan puasa di siang hari, maka ketahuilah, engkau sedang terhalang dosa-dosamu.”
“Imam Al-Ghazali juga menjawabi keluhan seseorang tentang susahnya qiamul lail (salat dan zikir malam) dengan perkataan, ‘Dosa-dosanu telah membelenggu,” kata Kiai Ghufron.
Sebab, terang dia, waliyullah fenomenal, Ibrahim bin Adham, pernah berkata, “Janganlah bermaksiat di siang hari, niscaya Allah akan membangunkanmu untuk bermunajat di hadapan-Nya di malam hari. Karena bermunajat ialah kemuliaan paling besar, sementara orang bermaksiat tidak akan pernah mendapatkan kemuliaan itu.”
Persiapan keempat, lanjut Kiai Ghufron, adalah dengan menyiapkan ilmu dan pengetahuan terkait ibadah dan kewajiban berpuasa selama Ramadan. Sebab, keberadaan ilmu sangat penting dalam menentukan kualitas ibadah.
Nabi Muhammad Saw bersabda:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ
“Banyak orang yang berpuasa, namun, ia tak mendapatkan apapun dari puasanya selain rasa lapar saja.” (HR Imam Ahmad)
Menurut Kiai Ghufron, hadis tersebut berisi peringatan bagi siapa saja yang berpuasa tidak dilakukan sebagaimana mestinya karena keterbatasan pengetahuan. Pencarian terhadap ilmu terkait ibadah menjadi penting agar puasa dan segala amalan yang dilakukan diterima oleh Allah Swt.
“Kelima, kita harus menyelesaikan tanggungan qadha puasa dari Ramadan tahun sebelumnya. Jangan sampai kita masih memiliki tanggungan qadha ketika memasuki bulan suci Ramadan di tahun ini,” kata Kiai Ghufron.
Guna mengetahui penjelasan lebih lanjut, saksikan obrolan bersama Kiai Ghufroni Masyhuda bertema “Yang Kerap Lupa dari Fikih Puasa” di Hiwar Ikhbar, live via akun Instagram @ikhbarcom pada Jumat, 3 Maret 2023, pukul 16.00 WIB.