Ikhbar.com: Sejarawan Lilik Suharmaji menyebut ada beberapa mitos yang dimasukkan ke tayangan Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI atau film dokudrama propaganda yang diproduksi pada 1984. Salah satunya adalah adegan penyiksaan di Lubang Buaya, Jakarta.
Lilik mengatakan, penyiksaan dalam film yang disutradarai dan ditulis oleh Arifin C. Noer itu hanyalah rekayasa. Bahkan, Hal itu sudah diakui sang sutradara.
“Sutradara film tersebut mengatakan bahwa penyiksaan di Lubang Buaya hanya sebagai dramatisasi saja,” katanya saat mengisi kajian Edunita Webinar Series bertema “G30S/PKI: Mitos atau Fakta” yang berlangsung pada Sabtu, 30 September 2023.
Baca: Naskah Lengkap Doa Gus Menag di Hari Kesaktian Pancasila
Visum dan rokok
Dalam kegiatan yang diselenggarakan pengurus Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Perempuan Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kota Cirebon, Jawa Barat itu, Lilik mengatakan bukti rekayasa itu selaras dengan hasil visum para korban yang hanya mengalami luka tembakan.
“Di tubuh para korban G30S/PKI tidak terdapat sayatan, pencungkilan mata, atau pemotongan organ tubuh,” jelas dia.
Mitos lainnya, kata dia, profil pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) bernama DN. Aidit yang digambarkan sebagai sosok yang gemar merokok. Padahal, menurut Aidit bukanlah perokok.
“Penanaman pohon pisang untuk menghilangkan jejak di Lubang Buaya juga itu sebenarnya tidak terjadi,” ucap sejarawan asal Yogyakarta itu.
Mitos berikutnya yakni menunjukkan Presiden Sukarno yang jatuh sakit. Padahal, kata Lilik, saat itu Bung Karno masih dalam keadaan sehat.
“Faktanya Sukarno ikut menghadiri salah satu pertemuan musyawarah,” jelas dia.
Ia menegaskan, dalam peristiwa G30S/PKI pun faktanya tidak ditemukan adanya pentas tarian erotis yang dilakukan Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani). Hal itu berdasarkan kesaksian Komandan Peleton Kompi C Batalyon Kawal Kehormatan Cakrabirawa, Serma Boengkoes.
“Meski demikian, tidak semua yang tercantum dalam film G30S/PKI ini rekayasa, ada beberapa bagian yang direkonstruksikan sesuai fakta dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap pelaku atau korban yang selamat, mencangkup anak kerabat yang masih hidup sebagai sumber informasi,” tuturnya.
Baca: Tafsir Pancasila ala Ki Bagus Muhammadiyah
Misi film
Lilik menyebut, tujuan dibuatnya film tersebut sebagai legitimasi Orde Baru untuk mendapatkan kepercayaan dari rakyat.
“Selain itu, agar Orde Baru dianggap berjasa terhadap bangsa. Juga sebagai peringatan, bahwa dahulu ada kelompok yang ingin mengganti Pancasila menjadi paham ideologi komunis,” jelas dia.
“Dengan dibuatnya film G30S/PKI, berharap peristiwa serupa tidak terjadi lagi,” imbuhnya.
Lilik mengatakan, peristiwa G30S/PKI ini bukan peristiwa yang mendadak, akan tetapi sudah di-framing/dibentuk.
“Paham yang mengandung –isme itu tidak akan pernah mati, termasuk di dalamnya adalah paham komunis. Untuk itu tetap waspada untuk para generasi penerus bangsa akan paham-paham komunis,” tandasnya.