Ikhbar.com: Psikolog anak dan keluarga dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Sani Budiantini Hermawan, menekankan pentingnya kesiapan mental anak dalam mengendarai sepeda, terutama sepeda listrik, yang kini semakin populer sebagai sarana transportasi untuk pergi ke sekolah. Menurutnya, aspek ini tidak boleh diabaikan.
Penggunaan sepeda listrik oleh anak-anak menjanjikan kemudahan dan efisiensi. Namun, Sani mengingatkan bahwa ada faktor-faktor yang perlu diperhatikan.
Baca: Anak-anak di Australia bakal Dilarang Internetan dan Dipaksa Main Bola ke Lapangan
“Kita harus pantau keterampilannya supaya mahir dalam menggunakan rem, mengarahkan setang dan kemudian spontanitas, ketika ada sesuatu yang terjadi di jalanan juga dia bisa mengantisipasi dengan baik. Sehingga, tidak bisa instan,” ungkap Sani, dikutip dari ANTARA, pada Senin, 16 September 2024.
Selain keterampilan dalam berkendara, kondisi jalan juga menjadi pertimbangan penting. Ia menggarisbawahi bahwa tidak semua rute yang dilalui anak-anak menuju sekolah aman untuk sepeda listrik, sehingga orang tua disarankan untuk melakukan survei pada rute yang akan diambil anak setiap hari.
Jarak tempuh dari rumah ke sekolah juga berpengaruh. Jika jaraknya terlalu jauh, anak bisa merasa lelah, yang berpotensi meningkatkan risiko kecelakaan karena kelelahan dapat mengganggu fokus, dan responsivitas mereka terhadap lingkungan sekitar.
Sani juga menyoroti kesiapan mental anak sebagai aspek yang sering diabaikan.
“Tentunya apakah anak taat dalam bersepeda, mengingat sepeda itu sudah di dalam jalanan umum yang tadi ada faktor bahaya, risiko, kepadatan, dan kemudian pengendara transportasi lain itu juga perlu diperhitungkan jangan sampai anak juga belum mahir, belum paham aturan, akhirnya membahayakan diri atau orang lain,” ucapnya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya komunikasi antara orang tua dan anak.
Baca: Ini Bedanya Bercanda dengan Bullying menurut Psikolog
Orang tua harus menanyakan kepada anak apakah mereka merasa nyaman menggunakan sepeda listrik untuk pergi ke sekolah. Sani juga mengingatkan agar orang tua tetap waspada terhadap kemungkinan stres yang dialami anak selama perjalanan.
Stres dapat muncul jika anak sering terlambat, berkendara secara sembrono, atau jika mereka belum sepenuhnya menguasai teknik berkendara dan aturan yang berlaku. Hal ini dapat berakibat negatif, seperti kecelakaan, atau gangguan pada kinerja akademis anak.
Dengan demikian, ia menyarankan, sebelum memutuskan untuk menggunakan sepeda listrik sebagai alat transportasi ke sekolah, selain keterampilan dan kesiapan mental, kenyamanan anak juga harus menjadi pertimbangan utama.