Ikhbar.com: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan unggul sementara dalam Pemilu Turki dengan meraih suara sebanyak 49,49%. Jumlah tersebut mengungguli pesaing utamanya, Kemal Kilicdaroglu dengan suara 44,79%.
Sementara Kandidat presiden ketiga, Sinan Ogan, seorang ultra-nasionalis yang bersekutu dengan Erdogan, mendapat 5,29% suara. Saat ini, penghitungan suara masih berlanjut. Dewan Pemilihan Umum Turki mengklaim hampir 92% sudah dihitung.
Sebagai informasi, jika tidak ada kandidat yang memenangkan mayoritas, mereka akan melakukan pemungutan suara kedua. Hal itu merupakan yang pertama bagi Erdogan. Sedangkan Pemilu kedua diprediksi berlangsung pada 28 Mei 202e mendatang.
Petahana Presiden Recep Tayyip Erdogan yakin dirinya bakal unggul. Meski demikian, ia masih akan menunggu hasil akhir.
“Kami sudah unggul dari pesaing terdekat kami dengan 2,6 juta suara. Saya yakin perbedaan ini akan semakin meningkat dengan hasil akhir,” kata Erdogan kepada para pendukung di markas Partai AK di Ankara.
Dikutip dari AFP pada Senin, 15 Mei 2023, Erdogan mengaku bakal terus melayani orang-orang kami dalam lima tahun mendatang.
Sementara pesaingnya, Kilicdaroglu membalas dengan klaimnya sendiri. Tokoh oposisi itu menuduh pemerintah sengaja memperlambat penghitungan di distrik-distrik yang mendapat dukungan kuat dari Kilicdaroglu.
“Kami memimpin,” tweet pria berusia 74 tahun itu.
“Mereka menentang penghitungan yang muncul dari kotak suara di mana kami unggul secara besar-besaran,” kata Walikota Istanbul Ekrem Imamoglu.
Imamoglu mengatakan penghitungan suara internal oposisi menunjukkan Kilicdaroglu memperoleh 49% suara dan Erdogan hanya 45%. Ia berjanji untuk memenangkan pemilihan putaran kedua setelah hasil yang hampir lengkap terlihat.
“Jika bangsa kita mengatakan putaran kedua, kita pasti akan menang di putaran kedua,” kata Kemal Kilicdaroglu kepada wartawan.
“Keinginan untuk perubahan dalam masyarakat lebih tinggi dari 50%,” tambahnya.
Pemilihan presiden akan memutuskan tidak hanya siapa yang memimpin Turki, negara anggota NATO berpenduduk 85 juta jiwa. Tetapi juga bagaimana arah ekonominya di tengah krisis biaya hidup yang mendalam, dan bentuk kebijakan luar negerinya, termasuk ke NATO dan Rusia.