Ikhbar.com: Menteri Keamanan Israel, Itamar Ben-Gvir diusir dan diteriaki sejumlah warganya sebagai “pembunuh” saat berkunjung ke sebuah pantai yang berada di kawasan Tel Aviv.
“Anda seorang pembunuh! Anda seorang teroris! Karena Anda, para sandera sekarat di Gaza; beraninya Anda berjalan-jalan di pantai?” teriak seorang warga Israel, sebagaimana dikutip dari Anadolu Agency, Ahad, 7 September 2024.
Baca: Tentara Israel Tembak Kepala Warga AS di Tepi Barat
Tak hanya itu, ada pula seorang perempuan yang melempar Ben-Gvir dengan pasir. Pelaku kemudian langsung ditangkap dan diinterogasi pihak kepolisian.
Warga Israel menilai Ben-Gvir dan menteri-menteri lain yang berhaluan sayap kanan telah menghalangi potensi pertukaran sandera dengan Kelompok Militan Palestina, Hamas. Diperkirakan, lebih dari 100 sandera masih ditahan dan beberapa di antaranya telah tewas.
Selama berbulan-bulan, pemerintah Amerika Serikat (AS), Qatar, dan Mesir telah berupaya mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran tahanan dan gencatan senjata, serta mengizinkan bantuan kemanusiaan memasuki Gaza. Namun, upaya mediasi terhenti karena penolakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas untuk menghentikan perang.
Kemarahan publik Israel terus meluas setelah ditemukannya enam sandera yang tewas di terowongan bawah tanah Hamas.
Penemuan mayat para sandera selama akhir pekan itu telah mengancam memunculkan ketegangan terkait perang ke titik didih.
Diperkirakan hingga 500.000 orang berunjuk rasa di Tel Aviv, sementara demonstrasi lainnya terjadi di Yerusalem. Demonstran terus memprotes dan menekan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata guna membawa pulang sandera yang tersisa.
Baca: Israel Membara, Ribuan Warga Serbu Netanyahu
Perang Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza telah menewaskan hampir 40.900 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai lebih dari 94.200 orang lainnya, menurut otoritas kesehatan setempat.
Blokade yang sedang berlangsung di daerah kantong Palestina itu telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah.