Ikhbar.com: Sekelompok ilmuwan menemukan keju tertua di dunia yang masih terawetkan pada leher mumi kuno. Dua dari tiga sampel keju itu terbuat dari susu sapi, sedangkan satu sampel lainnya berasal dari susu kambing.
Penelitian yang dilakukan Paleontolog, Qiaomei Fu dan timnya ini telah diterbitkan pada 25 September 2024 lalu. Mereka menyebutkan bahwa bakteri dalam keju tersebut juga memberikan wawasan baru mengenai asal-usul fermentasi susu di Asia. Temuan ini mengungkap bagaimana teknik fermentasi kefir menyebar di kawasan tersebut.
Sampel keju ini pertama kali ditemukan lebih dari 20 tahun lalu pada mumi Xiaohe yang berusia hampir 3.600 tahun di Xinjiang, China. Awalnya, para ilmuwan belum bisa mengidentifikasi asal-usul sampel tersebut secara pasti. Baru pada 2014, penelitian lain menunjukkan bahwa keju tersebut dibuat menggunakan teknik fermentasi kefir.
Kefir merupakan minuman fermentasi yang menyerupai yogurt dan dibuat dengan menggunakan biji kefir, yaitu campuran bakteri hidup dan ragi. Ketika cairannya dipisahkan, kefir akan berubah menjadi massa keju yang menggumpal.
“Ini adalah sampel keju tertua di dunia,” kata Fu, ilmuwan dari Akademi Ilmu Pengetahuan China di Beijing tersebut, sebagaimana dikutip dari Science News, Rabu, 20 November 2024.
“Usianya hampir 400 tahun lebih tua dibandingkan rekor sebelumnya.,” sambungnya.
Baca: Peneliti: Keju Bisa Perkuat Ketahanan dan Kesehatan Mental
Meski begitu, Fu menjelaskan bahwa keju ini tidak terasa seperti keju pada umumnya. Saat sampel tersebut ditekan, teksturnya menyerupai debu yang padat.
Dia juga menjelaskan bahwa teknik fermentasi kefir hanya bisa dilakukan menggunakan kultur yang sudah ada sebelumnya. Oleh karena itu, bakteri dalam biji kefir dapat digunakan sebagai penanda untuk melacak penyebaran teknik fermentasi.
Baca: RS di China Buka Klinik Khusus untuk Obati Anak yang Bebal Matematika
Para peneliti membandingkan DNA bakteri dari keju kuno tersebut dengan 15 sampel modern, kemudian membangun “pohon keluarga” bakteri dalam prosesnya. Penelitian sebelumnya mengemukakan bahwa teknik fermentasi kefir menyebar dari Rusia ke Eropa. Namun, penelitian terbaru ini menunjukkan adanya jalur tambahan yang dimulai dari wilayah Xinjiang, tempat makam ditemukan, menuju Tibet dan Asia Timur.
“Dari sampel kuno yang terkontaminasi ini, mereka berhasil menemukan bakteri spesifik dan melacak bagaimana bakteri tersebut menyebar,” ujar seorang ahli kimia di Max Planck Institute of Molecular Cell Biology and Genetics, Jerman, Anna Shevchenko.
“Bagi saya, itu adalah bagian yang paling menarik,” tambahnya.
Namun, alasan mengapa keju tersebut ditemukan menempel pada leher mumi hingga kini masih menjadi misteri.