Kecanduan Gawai Bisa Picu Obesitas dan Pikun

Dokter spesialis kesehatan jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit Jakarta, dr Yenny Sinambela, SpKJ (K) (kiri) dan dokter spesialis jiwa dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan Jakarta, dr Zulvia Oktanida Syarif, SpKJ (kanan) di acara Jakarta Berjaga di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Minggu (28/4/2024). Dok: ANTARA

Ikhbar.com: Dokter spesialis kesehatan jiwa dari Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit Jakarta, dr. Yenny Sinambela, SpKJ (K), mengungkapkan dampak adiksi terhadap penggunaan gawai terhadap kesehatan mental dan fisik seseorang. Hal itu ia sampaikan dalam acara Jakarta Berjaga di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Menurut Dokter Yenny, adiksi terhadap gawai dapat menyebabkan gangguan kognitif, seperti mudah lupa dan sulit berkonsentrasi. Secara fisik, kecanduan gawai juga dapat menyebabkan obesitas, terutama karena kebiasaan mengonsumsi makanan sambil bermain gawai.

Baca: Cerai Jadi Sebab Utama Fenomena Fatherless, Orang Tua Perlu Turunkan Ego

“Dalam aspek kognitif jadi mudah lupa, istilahnya tidak konsentrasi begitu lah ya. Terus secara fisik, dia bisa obesitas,” ujar dia, dikutip dari ANTARA, pada Selasa, 30 April 2024.

Selain itu, adiksi terhadap gawai juga dapat menimbulkan gejala fisik seperti nyeri saraf motorik dan sakit kepala akibat posisi tubuh yang terpaku pada layar gawai.

Selain dampak fisik, adiksi terhadap gawai juga dapat menghambat seseorang dari melakukan kegiatan produktif lainnya, seperti bekerja atau belajar. Hal ini dapat mengakibatkan masalah seperti kebangkrutan atau konflik dalam hubungan pernikahan.

Dokter Yenny juga menyoroti dampak psikologis adiksi terhadap gawai, yang dapat meningkatkan risiko gangguan kecemasan dan depresi.

Untuk mengatasi adiksi terhadap gawai, ia menyarankan untuk mengurangi penggunaan gawai dan meningkatkan aktivitas fisik seperti berolahraga dan bersosialisasi. Hal ini dapat membantu meningkatkan produksi hormon bahagia dalam tubuh.

Sementara itu, dokter spesialis kesehatan jiwa dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan, dr. Zulvia Oktanida Syarif, SpKJ, menjelaskan ciri-ciri seseorang yang membutuhkan pertolongan medis terkait gangguan jiwa. Hal ini meliputi gangguan pikiran, perasaan, dan perilaku yang berkelanjutan dan mengganggu fungsi sehari-hari.

Menurutnya, ketika seseorang menunjukkan ciri-ciri gangguan jiwa, ditandai dengan gangguan 3P (Pikiran, Perasaan, Perilaku) tersebut, maka penting untuk mencari bantuan profesional dari dokter atau psikolog.

“Ketika melihat ada 3P ini, itu adalah peringatan untuk kita mencari bantuan profesional. Bisa ke psikolog ataupun ke psikiater (dokter spesialis kesehatan jiwa),” kata Zulvia.

Acara Jakarta Berjaga merupakan salah satu upaya Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan mental dan cara mencapai kebahagiaan yang sejati.

Berdasarkan riset global, kesehatan mental menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling mengkhawatirkan di dunia, dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta berupaya untuk mengatasi hal ini melalui acara seperti Jakarta Berjaga.

Ikuti dan Baca Artikel Kami Lainnya di GoogleNews.