Ikhbar.com: Game komputer kontroversial berjudul Operation al-Aqsa Flood dihapus dari platform Steam di Inggris, setelah mendapat tekanan dari otoritas kontra-terorisme.
Game ini memungkinkan pemain mengulang skenario serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel, yang sebelumnya menewaskan lebih dari 1.100 orang dan melukai ribuan lainnya.
Permainan ini menceritakan karakter fiktif bernama Ahmad al-Falastini, seorang mahasiswa Palestina yang membalas dendam terhadap tentara Israel setelah keluarganya terbunuh.
Baca: Hizbullah Gempur Israel dengan Ratusan Roket, Tel Aviv Luluh Lantak
Salah satu adegan menampilkan serangan menggunakan glider, yang meniru taktik yang digunakan pada serangan asli Hamas.
Pengembang game ini, Nidal Nijm, menyatakan bahwa permainan tersebut adalah bentuk protes politik, bukan propaganda kelompok tertentu.
Nijm membandingkan game ini dengan waralaba populer seperti Call of Duty yang juga melibatkan tema kekerasan, mempertanyakan standar ganda terkait pelarangan game.
“Saya mencoba menunjukkan bahwa kami, warga Palestina, mempunyai hak untuk melawan pendudukan Israel dan genosida yang kami lihat dengan jelas setiap hari di berita. Namun saya juga ingin selalu berada di bawah garis merah tipis antara kebebasan berpendapat dan propaganda teroris,” ungkap Nijm, dikutip dari Al Jazeera, pada Kamis, 28 November 2024.
Baca: Soal ‘Penjahat Perang’ Rusia dan Israel, AS Terapkan Standar Ganda
Meski telah dihapus di Inggris, game ini tetap tersedia di negara lain, kecuali Jerman dan Australia, yang memberikan batasan berdasarkan aturan usia.
Hingga kini, Operation al-Aqsa Flood telah diunduh lebih dari 50.000 kali, dan menerima tanggapan beragam terkait pesan politiknya dan kualitas grafisnya.
Game ini menuai kritik tajam di media sosial, terutama dari kelompok kanan, yang menyebutnya sebagai propaganda kekerasan.
Beberapa pengguna bahkan menyerukan boikot terhadap Steam. Sebaliknya, ada pula yang mendukung game ini sebagai bentuk kebebasan berekspresi politik.