Ikhbar.com: Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) belakangan ini tengah gencar menggelar Halaqah Fikih Peradaban. Inisiatif tersebut menandakan bahwa organisasi masyarakat (ormas) terbesar di Indonesia itu telah melakukan tajdid atau pembaruan.
Demikian disampaikan Wakil Rais Am PBNU, KH Afifuddin Muhajir saat menghadiri Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta pada Senin, 29 Januari 2023.
Menurutnya, langkah tersebut sudah sepatutnya dilakukan NU seiring di usianya yang menginjak 101 tahun.
“Sekarang NU sudah berusia satu abad lebih satu tahun. Itu sudah saatnya dilakukan tajdid atau pembaruan,” ujar Kiai Afifuddin.
Dalam sebuah hadis, kata dia, disebutkan bahwa setiap penghujung 100 tahun sekali Allah Swt bakal memunculkan sosok pembaharu terhadap ajaran agamanya.
“Hadis tersebut tidak sekadar ditujukan untuk pembaruan agama, akan tetapi berlaku pula bagi organisasi NU,” jelas dia.
Baca: PBNU bakal Tawarkan Metode Falak Baru ke Dunia Internasional
Ia menegaskan, konsentrasi PBNU yang gencar menyelenggarakan Halaqah Fikih Peradaban di seluruh wilayah di Indonesia menjadi bukti bahwa organisasi yang didirikan KH Hasyim Asy’ari itu telah melaksanakan pembaruan.
Kiai Afifuddin menjelaskan, setidaknya ada tiga makna pembaruan NU, yakni mengembalikan ke tujuan awal dibentuknya NU.
“Mengembalikan NU sebagaimana awal dia dilahirkan, seperti apa kondisinya NU saat itu, dikembalikan,” tegas dia.
Kedua, lanjut dia, pembaruan bermakna menghidupkan perkara yang sudah tidak lagi berdaya.
“Barangkali ada elemen-elemen yang sudah tidak berdaya dalam NU, (maka) perlu dihidupkan,” katanya.
Terakhir, menurut dia, pembaruan adalah memperbaiki hal yang sudah dianggap tidak baik.
“Alhamdulillah sudah ada gagasan fikih peradaban ini. Sudah barang tentu yang dimaksud peradaban di sini adalah peradaban Islam atau Al Hadharah al-Islamiyah,” tandasnya.