Wabah Penyakit Lumpuh Hantui Gaza di Tengah Blokade Israel

Pemandangan sehari-hari rumah sakit di Gaza, penuh korban terluka karena serangan Israel. Foto: Anadolu Agency/Abdallah FS Alattar

Ikhbar.com: Penyakit langka Guillain-Barre Syndrome (GBS) merebak di Gaza seiring blokade Israel yang menghambat masuknya obat-obatan dan pangan.

GBS adalah gangguan autoimun yang menyerang sistem saraf tepi dan dapat menyebabkan kelumpuhan total.

“Sejak Juni, terdapat 85 kasus dugaan GBS dengan delapan kematian,” ujar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dikutip dari Al Jazeera, pada Selasa, 26 Agustus 2025.

Menurut Kepala Departemen Anak di Kompleks Medis Nasser, Dr. Ahmed al-Farra, sebagian besar sampel laboratorium pasien di Gaza positif bakteri Campylobacter jejuni dan enterovirus, yang menyebar akibat air minum tercemar limbah karena infrastruktur sanitasi hancur.

Baca: Dokter AS Ungkap Pola Penembakan Terarah di Lokasi Distribusi Bantuan Gaza

“Kerusakan sistem pembuangan limbah membuat warga terpaksa mengonsumsi air tercemar,” ujar al-Farra.

Laporan Oxfam mencatat 70 persen instalasi pompa dan pengolahan air limbah di Gaza hancur akibat serangan Israel. Kondisi ini menciptakan lingkungan subur bagi penyebaran penyakit menular.

Selain GBS, Kementerian Kesehatan Palestina memperingatkan peningkatan kasus acute flaccid paralysis (AFP) serta kembalinya virus polio yang sudah 25 tahun hilang dari Gaza.

“Penyakit-penyakit ini menyebar di tengah malnutrisi akut yang semakin memburuk,” sebut Kementerian Kesehatan Gaza melalui rilis resminya.

Situasi kian parah dengan krisis kelaparan. Badan Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) menilai Gaza berada pada level 5 atau “katastrofe”, yang berarti kelaparan massal dan kematian. Blokade total Israel sejak Maret 2025 membatasi masuknya pangan, obat, dan bahan bakar.

Baca: Konferensi Istanbul: Gaza Hadapi Tiga Jenis Perang

Fasilitas kesehatan pun kolaps. Data PBB pada 13 Agustus 2025 menunjukkan hanya 38 persen pusat layanan kesehatan yang beroperasi sebagian.

Rumah sakit besar seperti Al-Shifa beroperasi 250 persen dari kapasitas, Nasser 180 persen, dan Rumah Sakit Arab al-Ahli bahkan mencapai lebih dari 300 persen.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.