Kala Serangan Hamas Gocek Kecanggihan AI Israel

Sistem antirudal Iron Dome Israel mencegat roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza, terlihat dari kota Ashkelon, Israel 11 Mei 2023. Roket Palestina berhasil menembus sistem anti-rudal Israel dan menghancurkan sejumlah jalanan Ashkelot, Israel. REUTERS/Amir Cohen

Ikhbar.com: Gempuran mengejutkan yang dilakukan milisi Hamas dari Jalur Gaza, Palestina mampu mengecoh sistem pengawasan berbasis teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di Israel.

Pasalnya, sepekan sebelum serangan Hamas, pejabat NATO telah berkunjung ke perbatasan antara Israel dan Gaza. Kala itu, petinggi Israel memamerkan penggunaan AI dan perangkat teknologi pengawasan mereka.

Terlalu percaya diri

Israel telah memamerkan penggunaan teknologi AI sejak bentrokan senjata terbesar terakhir di Gaza pada 2021. Israel menunjukkan cara mereka menggunakan gabungan antara AI dan drone untuk mengenali dan memilih target serangan roket di Jalur Gaza.

Baca: Jalur Gaza dari Masa ke Masa

Menurut pernyataan NATO, Admiral Robert Bauer dari Belanda mengunjungi Israel pada bulan lalu untuk mempelajari kapabilitas dan inivasi militer Israel di dekat Gaza

Bahkan, pada Mei lalu, Direktur Jenderal (Dirjen) Kementerian Pertahanan Israel, Jenderal Eyal Zamir menyebut negaranya akan menjadi “superpower” AI karena telah menerapkan teknologi kecerdasan buatan untuk mempercepat proses analisis dan pengambilan keputusan.

Namun, faktanya, pada akhir pekan lalu, sistem AI Israel terbukti gagal total memberikan peringatan dini potensi serangan Hamas.

Sejumlah pos militer dan perumahan yang berlokasi terdekat dengan Gaza berhasil diduduki dengan mudah oleh pejuang Hamas, yang sebagian besar tanpa tanda peringatan. Di sisi lain, pertahanan Iron Dome canggih milik Israel juga tak mampu membendung hujan roket yang diluncurkan Hamas.

Roket Palestina berhasil tembus benteng pertahanan Israel, Iron Dome pada akhir pekan lalu. (Foto: AP/Fatima Shbair)

Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, sebagai pendukung utama Israel, tahun lalu juga membanggakan kemampuan sistem peringatan dini mereka dalam “memprediksi” invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Lagi-lagi, pada akhir pekan lalu, intelijen negara tersebut juga kebobolan.

“Seharusnya ada tanda peringatan. Jelas, Hamas bisa melakukan semua ini tanpa meninggalkan jejak data, atau petunjuk sebetulnya ada, tetapi tidak bisa diinterpretasikan dari data,” kata seorang mantan pejabat intelijen negara Barat kepada Reuters, dikutip Selasa, 10 Oktober 2023.

Serangan Hamas menunjukkan bahwa Israel terlalu percaya diri terhadap kemampuan AI mereka. Hal ini bisa menjadi peringatan kepada pemerintah lain yang kini berlomba-lomba mengandalkan pihak ketiga (kontraktor) penyedia teknologi AI.

Baca: Lebih dari 1.000 Orang Tewas, Ini Kronologi Perang Israel Vs Hamas

Celah AI

Teknologi AI bisa memberikan kapabilitas luar biasa dalam mengolah data dalam jumlah sangat besar, terutama data teknis pemantauan wilayah seperti sonar dan radar. Namun, efektivitas AI sangat bergantung kepada sumber datanya.

Di Gaza, yang padat penduduk, data yang tersedia sangat kompleks dan sulit diterjemahkan.

Keterbatasan kemampuan AI Israel juga tampak dari serangan balasan mereka ke Gaza. Militer Israel selalu menyalahkan Hamas setiap kali operasi militer mereka membunuh banyak warga sipil.

Padahal Israel menyatakan telah menerapkan serangan dari hasil intelijen yang akurat di tiap operasi militer dan peperangan. Namun, serangan pada 2021, masih menewaskan 350 warga Palestina.

Dalam serangan beberapa hari ini saja, jumlah kematian tersebut sudah ditembus.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.