Jastiper, Strategi Cuan Anak Muda di Era Digital

Ilustrasi jastiper alias penyedia layanan jasa titip. Foto: Pexels/Karolina Grabowska

Ikhbar.com: Istilah jastiper atau penyedia layanan “jasa titip” kian populer di kalangan anak muda. Berbeda dari sekadar tren belanja, jastiper telah menjelma menjadi wajah baru ekonomi kreatif Indonesia.

layanan ini menjadi solusi atas kebutuhan membeli barang yang sulit diakses karena jarak, keterbatasan stok, atau ongkos kirim mahal.

Konsumen cukup memesan lewat media sosial, lalu jastiper akan membelikan dan mengirim barang sesuai permintaan dengan imbalan fee atau markup harga.

Baca: 5 Tips Memperkuat Networking untuk Anak Muda Muslim

Fenomena ini ramai terlihat saat event besar seperti Pekan Raya Jakarta (PRJ). Di tengah pengunjung yang berburu diskon dan produk eksklusif, sejumlah anak muda justru hadir sebagai jastiper.

Didorong oleh budaya visual dan koneksi global lewat TikTok, Instagram, dan YouTube, jastiper hadir sebagai jawaban atas gaya hidup cepat dan mobile generasi kini.

Mereka bukan sekadar perantara, melainkan juga kreator konten, negosiator harga, dan komunikator yang menyulap jual beli menjadi pengalaman personal.

Dengan modal minim, hanya ponsel dan internet, seorang jastiper bisa meraup ratusan ribu hingga jutaan rupiah per hari saat momen ramai.

Beberapa bahkan berkembang menjadi personal shopper profesional, membuka toko daring, atau menjalin kerja sama dengan merek ternama.

Secara sosiologis, jastiper mencerminkan bagaimana generasi muda membangun ruang kerja alternatif yang fleksibel dan relevan.

Mereka tak menunggu lowongan kerja, tapi menciptakan peluang sendiri dengan mengandalkan jejaring dan kepekaan pasar.

Baca: Anak Muda Cina Ramai-ramai Pensiun Dini, Ini Penyebabnya!

Meski menjanjikan, jastiper juga menghadapi tantangan seperti isu legalitas impor, risiko penipuan, hingga tekanan algoritma media sosial. Karena itu, edukasi soal pajak, etika bisnis, dan regulasi perlu diperkuat agar ekosistem ini tetap sehat.

Jastiper menunjukkan bagaimana kreativitas, teknologi, dan naluri pasar bisa diolah menjadi peluang nyata. Dari sekadar titipan, lahirlah bisnis. Dari jejaring sosial, terbentuk ekonomi alternatif. Inilah kontribusi segar anak muda bagi ekonomi kreatif Indonesia.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.