Sosiolog Sebut Media Alternatif Jadi Kekuatan Rakyat Lawan Kezaliman

Ilustrasi media sosial. Foto: iStockPhoto

Ikhbar.com: Sosiolog Okky Madasari menegaskan bahwa media alternatif kini berperan penting sebagai kekuatan rakyat untuk menghadapi kebijakan negara yang dianggap merugikan masyarakat.

Pernyataan itu ia sampaikan dalam Sarasehan Anak Muda pada hari pertama Temu Nasional (Tunas) Jaringan Gusdurian 2025 yang berlangsung di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta pada Jumat, 29 Agustus 2025.

Okky menyampaikan kegelisahannya terhadap sikap media arus utama yang dinilai absen dalam memberitakan tragedi seorang pengemudi ojek online (ojol) yang tewas dilindas kendaraan taktis Polisi Brimob saat aksi unjuk rasa.

“Saya awalnya ragu untuk membagikan video peristiwa itu, karena sudah viral di mana-mana, tetapi anehnya media mainstream sama sekali tidak meliput,” ujar sosok yang juga sastrawan itu.

Baca: Penyalahgunaan Data Meningkat, Asia Centre Tekankan Keamanan Digital di Forum TUNAS Learning Space

Media alternatif dan ruang publik

Menurut Okky, percepatan publikasi melalui media alternatif tidak berarti mengorbankan kualitas. Justru diperlukan kurasi agar pesan yang disampaikan tetap kuat dan berdampak.

Sastrawan sekaligus sosiolog, Okky Madasari saat menyampaikan materi dalam acara Tunas Gusdurian 2025. Foto: Dok. Gusdurian

“Kita memang butuh semakin banyak ruang publikasi, tapi kurasi tetap penting supaya mutu tetap terjaga,” katanya.

Ia menilai keberadaan media alternatif semakin mendesak ketika ruang publik kian sempit. Karena itu, masyarakat juga harus dibekali kemampuan menulis yang baik, yakni tulisan yang mampu memberi manfaat dan mendorong perubahan sosial.

Kendala di platform digital

Okky juga menyoroti perbedaan daya jangkau isu sosial di berbagai platform media sosial. Ia mencontohkan kasus ojol dilindas mobil Polisi yang cepat trending di X dan Instagram, namun sulit menembus audiens TikTok.

“Di X dan Instagram isu ini cepat sekali naik, tapi ketika dibawa ke TikTok, hampir tidak bergema,” jelasnya.

Kritik budaya feodal

Selain soal media, Okky mengkritisi budaya feodal yang masih mengakar di masyarakat. Ia menyinggung kebiasaan acara resmi molor hanya karena menunggu pejabat yang datang terlambat.

“Bayangkan, gara-gara menteri telat dua jam, seluruh rangkaian acara ikut molor. Budaya seperti ini tidak boleh terus ditoleransi,” tegasnya.

Menurutnya, Indonesia membutuhkan gerakan budaya baru untuk melawan praktik lama yang merugikan rakyat.

Sarasehan tersebut ditutup dengan pembacaan puisi karya Okky yang dipersembahkan bagi Affan Kurniawan, pengemudi ojek online berusia 21 tahun yang tewas dalam tragedi demonstrasi.

“Affan Kurniawan mati dikindas kendaraan polisi yang dibeli dari uang rakyat,” tandasnya, menutup sesi dengan nada penuh keprihatinan.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.