Ikhbar.com: Lebih dari 100 akademisi mengecam pembatalan edisi khusus Harvard Educational Review yang membahas Palestina, dan menyebut langkah itu sebagai bentuk sensor.
Mereka menilai keputusan tersebut sebagai upaya membungkam kajian akademis terkait genosida, kelaparan, dan dehumanisasi rakyat Palestina oleh Israel dan sekutunya.
“Keputusan HEPG untuk meninggalkan misi institusinya adalah bentuk scholasticide,” tulis para akademisi, dikutip dari The Guardian, pada Kamis, 14 Agustus 2025.
Baca: Harvard Dilarang Terima Mahasiswa Asing Imbas Tuduhan Anti-Yahudi
Istilah scholasticide digunakan oleh ilmuwan Palestina untuk menggambarkan penghancuran sistem pendidikan Palestina secara sistematis.
Edisi khusus tersebut direncanakan membahas pendidikan bagi rakyat Palestina, termasuk debat di sekolah dan kampus di Amerika Serikat (AS), dengan latar belakang hancurnya ratusan sekolah dan seluruh universitas di Gaza akibat perang.
Meski semua artikel telah diedit dan siap terbit, penerbit meminta naskah menjalani “penilaian risiko” oleh penasihat hukum Harvard, langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Penolakan para penulis berujung pada pembatalan total penerbitan.
Profesor sosiologi dan pendidikan di Universitas Oxford, Arathi Sriprakash, menegaskan bahwa pembatalan ini memobilisasi banyak akademisi karena dianggap mengancam kebebasan dan integritas akademik.
Baca: Lindungi Mahasiswa Pro-Palestina, Trump Ancam Cabut Dana Pendidikan Harvard
Ia menyoroti bahwa selain menghancurkan infrastruktur pendidikan di Gaza, kini ada upaya membungkam pembelajaran tentang situasi tersebut di berbagai institusi pendidikan dunia.
PEN America turut mengecam pembatalan ini sebagai “serangan terang-terangan terhadap kebebasan akademik,” menyebutnya sangat jarang terjadi dan mengirimkan pesan mengerikan di tengah tekanan politik yang meningkat terhadap universitas, termasuk upaya membatasi kajian tentang Palestina.