Ikhbar.com: Program Pangan Dunia (WFP) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan bahwa warga Palestina di Gaza tengah mengalami kelaparan yang parah. Hal itu dikarenakan konflik Israel-Hamas yang belum juga berakhir.
“Situasi di Gaza tentu saja setiap hari semakin memburuk. Mereka akan menghadapi ancaman kelaparan yang begitu buruk, mengancam,” ujar Juru bicara senior WFP untuk Timur Tengah, Abeer Etefa dikutip dari Arab News pada Rabu, 24 Januari 2024.
Ia mengatakan, dalam kurun waktu 24 November sampai 7 Desember 2023, sebanyak 2,2 juta warga Palestina mengalami kelaparan.
“Khusus di Gaza, ada sekitar setengah juta orang mengalami kelaparan. Kondisi itu semakin buruk setiap harinya,” katanya.
Menurutnya, kondisi kelaparan di Gaza paling buruk jika dibandingkan dengan konflik di Timur Tengah lainnya, seperti Suriah, Yaman, dan Sudan.
“Kita belum pernah melihat jumlah orang yang mengalami kondisi seperti ini dalam jumlah besar dalam jangka waktu yang singkat,” tegas Etefa.
Lebih lanjut, Etefa mengungkapkan, sekitar 70% permintaan WFP untuk mengirimkan makanan ke Gaza utara ditolak Pemerintah Israel.
“Pengiriman terakhir ke wilayah utara dilakukan sekitar tanggal 11 dan 13 Januari, membawa 200 ton makanan untuk 15.000 orang di Kota Gaza,” ucapnya.
Jumlah tersebut menurut Etefa sangat kecil. Hal itu menyebabkan warga Gaza kini semakin putus asa. Mereka terus menanti truk yang mengirim bantuan untuk datang.
Bantuan dipersulit
Berdasarkan data Badan kemanusiaan PBB, OCHA, dalam dua minggu pertama bulan Januari, hanya tujuh dari 29 misi yang direncanakan untuk mengirimkan pasokan penyelamat jiwa ke Gaza utara yang diizinkan pemerintah Israel.
Etefa mengatakan, kondisi pengiriman bantuan di Gaza kian dipersulit siring fasilitas komunikasi di wilayah tersebut kerap terputus.
“Sejak 7 Oktober, WFP telah mengirimkan 1.403 truk yang membawa lebih dari 24.000 ton makanan ke Gaza, termasuk lebih dari 730 truk yang membawa lebih dari 13.000 ton pada bulan Januari sejauh ini,” ujar Etefa.
“Mereka memiliki 21.000 ton persediaan makanan tambahan yang cukup untuk dua juta orang di Gaza selama satu bulan yang tersedia di toko-toko di negara tetangga, Mesir,” tambahnya.
Pabrik roti di Gaza, jelas Etefa, mampu memproduksi rata-rata satu juta roti per hari. Di sana, hanya ada 15 toko roti yang masih beroperasi.
Sementara itu, juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Christian Lindmeier mengaku, pihaknya telah melaksanakan untuk mengirimkan bahan bakar ke rumah sakit di Gaza. Namun upaya tersebut berulang kali terhambat karena tidak mendapat izin dari pihak Israel.
“Kami mendapat laporan yang sangat menyedihkan dari dalam rumah sakit. Mereka mengatakan orang-orang mengemis sambil berbaring menunggu operasi, meminta air dan makanan,” tandasnya.