Orasi Ilmiah di Kampus ULM, Prof. Rokhmin Ungkap Penyebab Pertumbuhan Ekonomi RI Mentok 5%

Pakar kelautan Indonesia, Prof. Dr. H. Rokhmin Dahuri, saat menyampaikan orasi ilmiah pada Dies Natalis ke-67 Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Banjarmasin, Senin, 22 September 2025. Dok IST

Ikhbar.com: Anggota Komisi IV DPR RI sekaligus pakar kelautan Indonesia, Prof. Dr. H. Rokhmin Dahuri menyoroti stagnasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sejak 2015 hanya berkisar rata-rata 5% per tahun. Dalam orasi ilmiah pada Dies Natalis ke-67 Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Banjarmasin, tersebut, Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (2001–2004) tersebut banyak faktor yang membuat Indonesia tidak mampu memaksimalkan potensi besar yang dimiliki untuk tumbuh hingga 10 persen.

“Pertanyaannya, kemudian mengapa sejak 2015 sampai sekarang perekonomian Indonesia hanya tumbuh rata-rata lima persen per tahun?” ungkap Prof. Rokhmin di hadapan sivitas akademika ULM, Senin, 22 September 2025.

Baca: Prof Rokhmin Beberkan Tiga Kunci Raih Sukses Dunia dan Akhirat

Prof. Rokhmin menjelaskan, kondisi tersebut terjadi karena struktur ekonomi Indonesia masih terlalu bergantung pada ekspor bahan mentah.

“Mulai dari ekonomi yang terlalu bergantung pada produksi dan ekspor bahan mentah sumber daya alam (SDA), seperti minyak sawit mentah, kakao, karet mentah, batubara, nikel, tembaga, emas, timah, mineral lain, udang, ikan tuna dan cakalang, dan rumput laut kering. Deindustrialisasi, kualitas dan produktivitas sumber daya manusia (SDM) yang masih rendah, infrastruktur dan konektivitas digital yang belum memadai, iklim investasi yang kurang kondusif, sampai lemahnya kepastian hukum dan stabilitas politik,” paparnya.

Akibat berbagai faktor itu, katanya, Indonesia masih tertahan sebagai negara berpendapatan menengah.

“Sudah 80 tahun kita merdeka, namun kita bangsa Indonesia masih sebagai negara berpendapatan menengah, dengan pendapatan penduduk per kapita baru sebesar 5.000 dolar AS. Belum menjadi negara-bangsa yang maju dan makmur, dengan pendapatan per kapita di atas 14.005 dolar AS,” ujarnya.

Bahkan, ia menyoroti jumlah warga miskin yang masih besar. “Berdasarkan garis kemiskinan versi BPS (2025) sebesar Rp609.160/orang/bulan, rakyat Indonesia yang miskin sekitar 23,85 juta jiwa atau 8,47%. Sedangkan menurut garis kemiskinan Bank Dunia (2025), penduduk miskin Indonesia masih sekitar 172 juta orang atau 60,3% total penduduk,” tegasnya.

Prof. Rokhmin juga mengingatkan soal kerusakan lingkungan yang kian meluas akibat deforestasi, overfishing, dan pencemaran, yang diperparah oleh lemahnya penegakan hukum. Selain itu, Indonesia juga menghadapi tekanan global, mulai dari disrupsi teknologi digital, perang dagang, konflik geopolitik, hingga dampak perubahan iklim.

Baca: Prof. Rokhmin Dahuri: Perempuan UMKM Penopang Kemandirian Pangan Indonesia

Meski tantangan berat, Rokhmin menekankan pentingnya optimisme kolektif bangsa.

“Kita bangsa Indonesia, termasuk Civitas Academica dan para Alumni ULM, tidak boleh pesimis. Sebaliknya, kita harus tetap optimis dan penuh semangat gotong royong untuk dapat mengubah sejumlah permasalahan dan tantangan tersebut menjadi peluang pembangunan,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, ia juga mengapresiasi prestasi ULM yang kian membanggakan, termasuk peringkat ke-15 nasional menurut AD Scientific Index 2025 dan keberhasilan meraih juara 3 MTQ Internasional di Banda Aceh.

Prof. Rokhmin menutup orasinya dengan penegasan peran perguruan tinggi. “Peran dan kontribusi utama Perguruan Tinggi, tak terkecuali ULM, dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 adalah menghasilkan SDM unggul, melahirkan riset dan inovasi, serta pengabdian kepada masyarakat,” pungkasnya.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.