Ikhbar.com: Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyoroti sejumlah program televisi yang dinilai tidak sesuai dengan nilai-nilai Ramadan. Berdasarkan hasil pemantauan selama 10 hari pertama Ramadan 1446 H, ditemukan berbagai pelanggaran dalam siaran televisi, mulai dari humor yang kurang pantas, gestur berlebihan, hingga konten yang dianggap tidak mencerminkan semangat bulan suci.
Ketua MUI Bidang Informasi dan Komunikasi, KH Masduki Baidlowi menegaskan bahwa program Berkahnya Ramadan di Trans TV dan Theater Pas Buka di Trans7 menjadi dua tayangan yang paling banyak mendapatkan sorotan.
“Kami menemukan beberapa tayangan yang menampilkan ekspresi kekerasan verbal, kata-kata tidak pantas, hingga adegan yang mengarah pada perilaku menyimpang. Ini tentu tidak sesuai dengan nilai Ramadan dan norma penyiaran,” kata KH Masduki dikutip dari laman MUI pada Senin, 24 Maret 2025.
Salah satu contoh yang disoroti adalah tayangan Berkahnya Ramadan (8 Maret 2025). Dalam program tersebut, seorang talent melontarkan candaan, “Penonton ada jurang gak? Saya jorokin.”
Baca: MUI: Siaran Ramadan Harus Edukatif dan Ramah Anak
Candaan tersebut muncul setelah seorang peserta diejek karena ucapannya yang tidak dimengerti. Selain itu, dalam edisi 10 Maret 2025, ditemukan adegan yang mengandung unsur Laki Suka Laki (LSL), yang dinilai tidak pantas untuk ditampilkan di bulan Ramadan.
Sementara itu, dalam program Theater Pas Buka (11 Maret 2025), ditemukan penggunaan kostum yang dinilai terlalu terbuka untuk tayangan di waktu berbuka. MUI juga menyoroti Akademi Sahur Indonesia (AKSI) Indosiar, yang sejatinya merupakan program religi, namun justru terselip humor-humor yang kurang mendidik.
“Program ini sebenarnya bagus, tapi ada beberapa candaan yang tidak pas dengan konsepnya. Seharusnya, tayangan Ramadan mengedepankan edukasi dan dakwah yang menyejukkan,” ujar KH Masduki.
Selain konten hiburan, MUI juga menemukan pelanggaran dalam iklan makanan dan minuman yang ditayangkan di jam-jam puasa.
Anggota Tim Pemantauan Siaran Ramadan MUI, Dr. Rida Hesti Ratnasari menjelaskan, tayangan iklan tersebut telah melanggar Surat Edaran KPI Nomor 1 Tahun 2025, yang mengimbau agar lembaga penyiaran tidak menampilkan adegan makan dan minum secara berlebihan pada siaran Ramadan.
“Kami masih menemukan iklan makanan dan minuman yang ditampilkan pada jam puasa dengan tampilan close-up. Ini bisa mengurangi kekhusyukan Ramadan bagi pemirsa,” kata Rida.
MUI juga memperluas pemantauan ke televisi daerah, seperti di Lampung dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Secara umum, tayangan di daerah tidak banyak melakukan pelanggaran, bahkan ada beberapa program yang mendapatkan apresiasi karena mengedepankan nilai edukatif. Namun, ada catatan khusus untuk program Aerobik di TV9 Lombok yang tayang pada prime time menjelang berbuka puasa.
“Aerobik di jam-jam seperti ini tentu kurang tepat. Sebaiknya, program semacam ini ditayangkan di waktu yang lebih sesuai agar tidak mengganggu suasana Ramadan,” kata Rida.
MUI menilai bahwa tingkat literasi penyiaran di kalangan talent dan produser program Ramadan masih perlu ditingkatkan. Tayangan komedi yang mengandalkan ejekan dan hinaan seharusnya dievaluasi agar tidak mencederai kualitas siaran Ramadan.
“Kami berharap KPI sebagai regulator bisa memberikan teguran tegas terhadap tayangan yang melanggar aturan ini. Kalau perlu, lakukan audit ulang terhadap program-program live yang sulit dikendalikan,” tegas Rida.
MUI juga menekankan bahwa lembaga penyiaran memiliki tanggung jawab moral dalam menyebarkan nilai-nilai kebaikan di bulan Ramadan. Tayangan Ramadan tidak hanya harus menghibur, tetapi juga memberikan pesan yang positif bagi masyarakat.
Sebagai langkah konkret, MUI mengusulkan agar KPI segera menggelar pertemuan dengan lembaga penyiaran untuk membahas evaluasi tayangan Ramadan. Selain itu, MUI meminta agar stasiun televisi segera melakukan perbaikan terhadap isi siaran yang masih mengandung pelanggaran.
“Kami berharap agar program yang menampilkan humor spontan dievaluasi ulang, karena sering kali justru mengarah pada pelanggaran siaran. Ramadan adalah bulan yang suci, seharusnya diisi dengan tayangan yang berkualitas dan bernilai tuntunan,” tutup Rida.