Ikhbar.com: Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur menegaskan bahwa para santri yang menjadi korban meninggal dalam tragedi ambruknya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny Sidoarjo tergolong sebagai syahid.
Pernyataan tersebut disampaikan untuk memberikan pandangan keagamaan sekaligus penghiburan bagi keluarga korban.
Peristiwa nahas yang terjadi pada 29 September 2025 itu telah memasuki hari kesembilan proses evakuasi. Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) pada Selasa, 7 Oktober 2025 secara resmi menutup operasi pencarian setelah seluruh korban berhasil ditemukan.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur, KH Ma’ruf Khozin, menyampaikan bahwa berdasarkan hadis-hadis Nabi Muhammad Saw para korban dapat dikategorikan sebagai syuhada atau orang yang mati syahid.
“Insya Allah para korban yang meninggal dunia termasuk dalam golongan yang wafat secara syahid,” ujar Kiai Ma’ruf melalui akun media sosial resminya, pada Selasa, 7 Oktober 2025.
Baca: 61 Jenazah Santri Al-Khoziny Ditemukan, Pencarian Resmi Ditutup
Kiai Ma’ruf kemudian menjelaskan beberapa dasar hadis yang menunjukkan bahwa para korban memiliki tanda-tanda orang yang wafat dalam keadaan syahid:
1. Syahid karena jauh dari keluarga
Berdasarkan hadis riwayat Ibnu Majah, Rasulullah Saw bersabda:
ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ، ﻗﺎﻝ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: ﻣﻮﺕ ﻏﺮﺑﺔ ﺷﻬﺎﺩﺓ
“Wafat saat jauh dari keluarga adalah syahid.” (HR Ibnu Majah).
Santri yang menuntut ilmu jauh dari keluarganya termasuk dalam kategori ini.
2. Syahid karena sedang mencari ilmu
Berdasarkan hadis riwayat Tirmidzi, Rasulullah Saw bersabda:
ﻋﻦ ﺃﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ، ﻗﺎﻝ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: ﻣﻦ ﺧﺮﺝ ﻓﻲ ﻃﻠﺐ اﻟﻌﻠﻢ ﻓﻬﻮ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ اﻟﻠﻪ ﺣﺘﻰ ﻳﺮﺟﻊ
“Barangsiapa keluar untuk mencari ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia kembali.” (HR Tirmidzi)
Para santri yang wafat saat menuntut ilmu memiliki keutamaan sebagaimana disebutkan dalam hadis ini.
3. Syahid karena kejatuhan benda berat atau tertimpa bangunan
Berdasarkan hadis riwayat Bukhari, Rasulullah Saw bersabda:
ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ: ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ: اﻟﺸﻬﺪاء ﺧﻤﺴﺔ: اﻟﻤﻄﻌﻮﻥ، ﻭاﻟﻤﺒﻄﻮﻥ، ﻭاﻟﻐﺮﻕ، ﻭﺻﺎﺣﺐ اﻟﻬﺪﻡ، ﻭاﻟﺸﻬﻴﺪ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ اﻟﻠﻪ
“Para syuhada ada lima: orang yang terkena wabah, sakit perut, tenggelam, tertimpa bangunan, dan gugur di jalan Allah.” (HR Bukhari).
Dengan demikian, korban yang meninggal karena tertimpa reruntuhan bangunan termasuk dalam kategori ini.
4. Syahid karena wafat dalam keadaan ibadah atau amal saleh
Berdasarkan hadis riwayat Tirmidzi, Rasulullah Saw bersabda:
ﻋﻦ ﺃﻧﺲ ﻗﺎﻝ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: «ﺇﺫا ﺃﺭاﺩ اﻟﻠﻪ ﺑﻌﺒﺪ ﺧﻴﺮا اﺳﺘﻌﻤﻠﻪ» ﻓﻘﻴﻞ: ﻛﻴﻒ ﻳﺴﺘﻌﻤﻠﻪ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ؟ ﻗﺎﻝ: ﻳﻮﻓﻘﻪ ﻟﻌﻤﻞ ﺻﺎﻟﺢ ﻗﺒﻞ اﻟﻤﻮﺕ
“Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Dia menuntunnya untuk melakukan amal saleh sebelum wafat.” (HR Tirmidzi).
Para santri yang wafat saat beribadah dan menuntut ilmu tergolong dalam keutamaan ini.
KH Ma’ruf Khozin menegaskan, keempat hadis tersebut menjadi dasar kuat bahwa para korban santri Ponpes Al-Khoziny wafat dalam keadaan syahid, karena mereka meninggal saat menuntut ilmu, berada jauh dari keluarga, serta tertimpa bangunan saat beribadah.
Tragedi ambruknya musala di Pondok Pesantren Al-Khoziny menjadi duka mendalam bagi masyarakat Sidoarjo dan dunia pendidikan Islam. Namun, pandangan MUI Jawa Timur memberi ketenangan spiritual bahwa wafatnya para santri bukan sekadar musibah, melainkan jalan menuju kemuliaan di sisi Allah Swt.