Ikhbar.com: Sekelompok pegawai paruh waktu berseragam rompi oranye, dikenal sebagai Monkey-Chasing Squad (Pasukan Pengejar Monyet), berpatroli di kaki Pegunungan Alpen Utara Jepang untuk menggiring macaque (kera Jepang) kembali ke hutan.
Mereka membunyikan lonceng, meniup peluit, memukul batu dan batang pohon, sambil memantau pergerakan kawanan lewat radio dan pelacak GPS agar tidak menyusup ke rumah serta kebun.
Baca: Puluhan Monyet di Amerika Jadi Buronan Polisi
Upaya ini merespons gangguan yang kian sering, mulai dari monyet membobol rumah hingga merusak panen, meski nilai kerugian masih lebih kecil dibanding serangan babi hutan, rusa, atau gagak.
Kementerian Pertanian Jepang mencatat total kerusakan tanaman oleh satwa liar pada 2022 mencapai Rp1,6 triliun.
“Kami hanya mengembalikan mereka ke habitatnya,” kata pemimpin regu, Masaya Miyake, dikutip dari The Independent, pada Kamis, 13 November 2025.
Di Azumino, populasi monyet diperkirakan sekitar 600 ekor. Sementara sebagian warga mendorong culling (pembunuhan terkendali), peneliti ekologi memperingatkan dampak balik: ketika satu kawanan dimusnahkan, kelompok tetangga cenderung mengisi ruang kosong, dan kelompok yang tersisa terdorong semakin jauh ke lahan pertanian.
Para ahli menyarankan penanganan jangka panjang melalui pembersihan vegetasi sekitar kebun, pemasangan pagar listrik, serta pemantauan lokasi kawanan dengan kerah GPS, langkah yang terbukti membantu, meski biaya perawatan pagar dikeluhkan petani.
Baca: Seekor Monyet ‘Disulap’ Jadi Kambing Hitam Pemadaman Listrik di Sri Lanka
Di sisi lain, pecinta satwa seperti fotografer Takumi Matsuda menyoroti pentingnya pembedaan antara kawanan yang benar-benar mengganggu dan yang hidup dalam-dalam di hutan.
Ia mendorong mitigasi efektif agar tidak “terus-menerus membunuh monyet”, sementara beberapa warga memanfaatkan anjing terlatih untuk mengusir satwa lebih efisien ketimbang regu manusia.