Ikhbar.com: Dalam koran berbahasa Inggris, The Jakarta Post, edisi Jumat, 14 November 2025, Pakar Kelautan RI, Prof. Dr. H. Rokhmin Dahuri menegaskan bahwa Indonesia memiliki peluang besar menjadi negara maju tanpa harus mengorbankan lingkungan. Pandangan itu ia sampaikan dalam artikel opini yang berjudul “Balancing growth and green commitments” atau bisa diterjemahkan “Menyeimbangkan Pertumbuhan dan Komitmen Lingkungan.”
Dalam artikelnya, Prof. Rokhmin menyebut kesuksesan Indonesia menuju negara maju pada 2045 hanya mungkin dicapai jika strategi ekonomi dijalankan beriringan dengan komitmen keberlanjutan. Ia menekankan bahwa Indonesia memerlukan “pendekatan realistis yang tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi, tetapi juga memastikan perlindungan lingkungan tetap berjalan.”
Menurut Prof. Rokhmin, target pemerintah yang ingin mendorong pertumbuhan ekonomi rata-rata 6% mulai 2025 merupakan ambisi besar yang bisa dicapai. Namun, ia mengingatkan bahwa pertumbuhan seperti itu tidak boleh menabrak komitmen nasional terhadap pengurangan emisi dan agenda pembangunan berkelanjutan.
“Indonesia harus mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat sambil tetap memenuhi janji-janji iklimnya,” tulis Prof. Rokhmin.
Baca: Ingin Sukses Dunia Akhirat? Ini 10 Tips Prof. Rokhmin Dahuri yang Wajib Diikhtiari
Guru Besar IPB University tersebut menilai bahwa fondasi Indonesia untuk maju sebenarnya sudah kuat. Negeri ini memiliki kekayaan alam besar, potensi energi terbarukan yang luas, serta posisi strategis di jalur perdagangan internasional. Ia menegaskan bahwa jika dikelola dengan efisien dan berbasis teknologi, seluruh potensi tersebut bisa menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi tanpa menciptakan kerusakan ekologis.
Prof. Rokhmin secara khusus menyoroti sektor kelautan sebagai kekuatan ekonomi yang kerap diremehkan. Anggota DPR RI itu menyebut nilai ekonomi kelautan Indonesia dapat mencapai lebih dari 1,4 triliun dolar AS per tahun jika dikelola dengan benar.
“Perikanan, budidaya laut, industri makanan laut, pariwisata pesisir, hingga bioteknologi kelautan dapat membuka jutaan lapangan kerja dan menopang ketahanan pangan,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa sektor ini juga dapat menyuplai berbagai bahan baku bagi industri manufaktur, mulai dari farmasi hingga kosmetik.
Selain kelautan, Prof. Rokhmin menekankan pentingnya memperkuat industri pengolahan, agribisnis modern, pariwisata, dan ekonomi kreatif. Dia mengingatkan bahwa UMKM, yang saat ini menyumbang lebih dari separuh PDB, harus tetap menjadi tulang punggung ekonomi dan terus diperkuat agar mampu memperluas kesempatan kerja dan mengurangi kemiskinan.
Meski begitu, Prof. Rokhmin juga menggarisbawahi bahwa Indonesia butuh transformasi besar di banyak sektor. Produktivitas tenaga kerja yang rendah, kapasitas inovasi yang masih tertinggal, hingga kebutuhan pendanaan besar untuk pembangunan infrastruktur modern disebut sebagai kendala nyata yang harus dibenahi.
“Indonesia tidak akan bisa maju jika tidak berinvestasi besar pada riset, inovasi, teknologi, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia,” tulisnya. Ia menilai peningkatan keterampilan generasi muda dan percepatan digitalisasi adalah kunci untuk memenangkan persaingan global.
Baca: Jadilah Laut! Tips Hadapi Fitnah, Kecewa, dan Patah Hati ala Prof. Rokhmin Dahuri
Di sisi lain, Prof. Rokhmin menegaskan bahwa agenda hijau bukan beban tambahan, melainkan bagian penting dari strategi pembangunan itu sendiri. Ia mengingatkan komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi sebesar 31,89% dengan usaha sendiri, dan hingga 43,2% dengan dukungan internasional.
Menurut Prof. Rokhmin, pencapaian target tersebut sangat bergantung pada keberhasilan pemerintah memperluas energi terbarukan, mempercepat elektrifikasi transportasi, memperbaiki pengelolaan sampah, serta melakukan rehabilitasi hutan secara konsisten.
“Pertumbuhan ekonomi tidak boleh mengorbankan lingkungan, dan komitmen lingkungan tidak boleh menghentikan pertumbuhan ekonomi,” tegasnya.
Ia menyebut tantangan terbesar Indonesia justru berada pada kemampuan menjaga keseimbangan antara keduanya.
Di akhir tulisan, Prof. Rokhmin menyatakan bahwa keberhasilan semua agenda itu sangat bergantung pada kepemimpinan yang kuat, birokrasi yang efisien, dan ekosistem inovasi yang konsisten didorong. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi luas antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
“Dengan strategi yang tepat dan eksekusi yang disiplin, Indonesia dapat mencapai status negara maju tanpa mengorbankan masa depan planet ini,” tulisnya.