Ikhbar.com: Dua mahasiswa University of Birmingham, Mariyah Ali dan Antonia Listrat, menghadapi sidang disipliner pada 7 April mendatang karena mendesak universitas agar memutus investasi dari perusahaan senjata yang memasok militer Israel.
Lembaga bantuan hukum (LBH) European Legal Support Centre (ELSC) menyatakan tindakan kampus ini sebagai bagian dari “represi nasional terhadap solidaritas Palestina.”
Baca: Uni Emirat Arab Deportasi Mahasiswa karena Teriak ‘Bebaskan Palestina’
Listrat dan Ali, yang terpilih sebagai presiden dan pejabat etnis minoritas di organisasi mahasiswa, mendapat dukungan luas dari komunitas kampus.
Mereka mengecam proses disipliner ini sebagai bentuk Islamofobia institusional, dan upaya membungkam protes damai.
“Gerakan mahasiswa untuk Palestina semakin kuat. Alih-alih mengenakan biaya kepada mahasiswa, Universitas Birmingham harus fokus pada divestasi dari perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam genosida dan kejahatan perang,” ungkap Ali, dikutip dari Arab News, pada Jumat, 4 April 2025.
Baca: Puluhan Mahasiswa Amerika Pro-Palestina Ditangkap
Anggota parlemen Inggris, Zarah Sultana, dan Pelapor Khusus PBB, Gina Romero, juga mengecam langkah universitas yang dinilai melemahkan hak kebebasan berekspresi.
ELSC menambahkan, sejak Oktober 2023, lebih dari 113 mahasiswa di 28 universitas Inggris dikenai sanksi karena aktivisme serupa.
Listrat menyatakan bahwa protes adalah bagian sah dari kehidupan kampus.
“Mendanai genosida adalah kekerasan, sedangkan memprotes genosida adalah perdamaian,” tegas Listrat.