Kesehatan Mulut Punya Kaitan Erat dengan Diabetes

Ilustrasi kesehatan mulut. Foto: Shutterstock

Ikhbar.com: Perawatan diabetes selama ini lebih banyak diarahkan pada organ vital seperti jantung, ginjal, mata, dan kaki. Padahal, kesehatan mulut punya kaitan erat dengan penyakit ‘gula’ tersebut. Kondisi ini dinilai berpotensi memperburuk kualitas hidup penyandang diabetes jika tidak ditangani secara serius.

Data global menunjukkan, satu dari sembilan orang dewasa di dunia saat ini hidup dengan diabetes, dan lebih dari 40% di antaranya tidak menyadari kondisi yang dialaminya. Proyeksi pada 2050 memperkirakan jumlah penderita diabetes meningkat menjadi satu dari delapan orang dewasa atau sekitar 853 juta jiwa, naik sekitar 46% dibandingkan saat ini.

Profesor Kariologi dan Kedokteran Gigi Invasif Minimal dari Queen Mary University of London, Aylin Baysan, menegaskan bahwa pemahaman mengenai hubungan timbal balik antara diabetes dan kesehatan mulut menjadi sangat penting.

Menurutnya, pengendalian diabetes tidak hanya berdampak pada kesehatan sistemik, tetapi juga berperan besar dalam menjaga kondisi rongga mulut.

“Ini bukan sekadar soal estetika atau mendapatkan senyum sempurna, melainkan tentang bagaimana pengendalian diabetes dapat mendukung kesehatan mulut secara menyeluruh dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan seseorang,” ujarnya dikutip dari sciencealert pada Kamis, 18 Desember 2025.

Baca: Cegah Diabetes, MUI Desak Pemerintah Beri Label ‘Tinggi Gula’ di Makanan-Minuman

Diabetes memengaruhi kemampuan tubuh dalam memproses gula. Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka panjang dapat merusak pembuluh darah dan saraf, memperlambat proses penyembuhan, serta melemahkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kondisi ini membuat rongga mulut, yang memiliki jaringan lunak dan keras serta komunitas bakteri alami, menjadi sangat rentan terhadap gangguan.

Berbagai komplikasi kesehatan mulut kerap dialami penyandang diabetes, mulai dari mulut kering akibat berkurangnya produksi air liur, risiko karies gigi yang lebih tinggi, hingga penyakit gusi yang ditandai peradangan dan hilangnya tulang penyangga gigi.

Selain itu, infeksi mulut seperti sariawan, ulkus, perubahan rasa, kesulitan menggunakan gigi tiruan, hingga kehilangan gigi juga lebih sering terjadi. Masalah-masalah tersebut tidak hanya memengaruhi kepercayaan diri, tetapi juga dapat berdampak pada asupan nutrisi dan pengendalian gula darah.

Aylin Baysan menjelaskan, penelitiannya terbaru menemukan hubungan yang jelas antara diabetes tipe 2 dan kerusakan gigi yang parah.

“Kadar gula darah yang tinggi, dikombinasikan dengan perubahan jumlah dan kualitas air liur, berkontribusi besar terhadap terjadinya kerusakan gigi,” katanya.

Ia menambahkan, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap hubungan ini sering kali menciptakan lingkaran masalah yang berkelanjutan.

Penyakit gusi juga lebih rentan dialami penderita diabetes. Hubungan ini bersifat dua arah, karena diabetes meningkatkan risiko penyakit gusi, sementara infeksi gusi dapat memperburuk pengendalian gula darah.

Gula yang tinggi dalam air liur menjadi sumber makanan bagi bakteri, yang kemudian menghasilkan asam dan memicu peradangan gusi. Jika dibiarkan, tulang penyangga gigi dapat menyusut sehingga gigi menjadi goyang atau tanggal.

Masalah lain yang umum dialami adalah mulut kering. Sekitar 20% populasi umum mengalami kondisi ini, dengan prevalensi lebih tinggi pada perempuan dan lansia.

Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti untuk tekanan darah, depresi, atau nyeri saraf, dapat memperparah kekeringan mulut. Padahal, air liur berperan penting dalam membersihkan sisa makanan, menetralkan asam, serta melindungi gigi dari infeksi.

Dalam kondisi mulut kering, risiko kerusakan gigi meningkat karena gigi lebih mudah kehilangan mineral. Oleh sebab itu, dokter gigi dapat menyusun rencana pencegahan khusus bagi pasien berisiko tinggi, seperti penggunaan pernis fluorida, obat kumur tertentu, atau pasta gigi dengan kadar fluorida tinggi.

Air liur juga berperan penting bagi pengguna gigi tiruan. Kekurangan air liur dapat menyebabkan gesekan, ketidaknyamanan, sariawan, hingga infeksi jamur pada mulut. Perawatan gigi tiruan yang baik, termasuk membersihkan secara rutin, melepasnya saat malam hari, dan melakukan pemeriksaan gigi berkala, dinilai dapat meningkatkan kenyamanan sekaligus kesehatan secara keseluruhan.

Sementara itu, implan gigi dapat menjadi alternatif pengganti gigi yang hilang, namun hanya disarankan bagi penderita diabetes dengan kadar gula darah yang terkontrol.

“Kadar gula darah yang tinggi dapat memperlambat penyembuhan, meningkatkan risiko infeksi, dan menghambat keberhasilan penyatuan tulang dengan implan,” jelas Baysan.

Ia menekankan bahwa perawatan mulut yang baik dapat mempermudah proses makan, membantu pengendalian gula darah, dan meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes.

Kesadaran, kebiasaan perawatan harian yang konsisten, serta pemeriksaan gigi secara rutin menjadi kunci utama dalam mengelola komplikasi kesehatan mulut akibat diabetes.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.