Ikhbar.com: Kementerian Agama (Kemenag) RI menerbitkan mushaf Al-Qur’an terjemahan Bahasa Melayu Ambon. Hal ini menjadikan proyek penerjemahan Al-Qur’an telah dilakukan Kemenag ke sebanyak 26 bahasa daerah.
Kepala Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Balitbang Diklat Kemenag, Moh. Isom mengatakan, peluncuran mushaf Al-Qur’an terjemahan Melayu Ambon ditandai dengan penyerahan satu eksemplar kepada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Maluku.
“Langkah penerjemahan ini sebagai upaya untuk memudahkan warga daerah mempelajari Al-Qur’an, sekaligus melestarikan bahasa daerah, termasuk Melayu Ambon, sebagai bagian dari kearifan lokal, ujar Isom, dikutip dari laman resmi Kemenag, Ahad, 3 Desember 2023.
Baca: Sejarah Kaligrafi Islam: Misteri Kufi
“Selain itu, dengan adanya terjemahan ini, diharapkan masyakarat Ambon akan lebih mudah memahami Al Qur’an dan menjadikannya lebih membumi,” sambungnya.
Isom berharap, Mushaf Al-Qur’an terjemahan Melayu Ambon ini dapat dijadikan muatan lokal di madrasah dan sekolah di wilayah Ambon.
“Saya berharap selain Al-Qur’an terjemahan ini bisa dicetak lebih banyak lagi oleh pihak-pihak terkait di Ambon, dosen dan guru di Ambon dapat ditraining, agar nantinya dapat lebih mengenalkan Al-Qur’an Bahasa Melayu Ambon di kampus dan sekolah,” ucap Isom.
Proses penerjemahan ini, lanjut Isom, merupakan upaya dalam pelestarian kebudayaan yang sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
“Kita menjalankan amanat Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, sekaligus pelestarian kebudayaan salah satunya bahasa daerah di samping ada seni budaya, pengetahuan tradisional, olahraga tradisional, ilmu pengetahuan tradisional,” imbuhnya.
Baca: Bahasa Arab, dari Pengembara ke Penjuru Dunia
Isom juga menjelaskan alasan Kemenag menerjemah Al-Qur’an dalam beragam bahasa daerah. Pertama, bahasa daerah memiliki jumlah penutur yang sangat banyak. Kedua, kondisi bahasa daerah saat ini terancam punah.
“Kita akan lebih mengedepankan penerjemahan Al-Qur’an dalam bahasa daerah yang jumlah penuturnya lebih banyak di suatu daerah atau kita terjemahkan ke dalam bahasa yang bahasa itu hampir punah,” terang Isom.
Isom juga menyebut, proses penerjemahan melibatkan banyak pihak. Pihaknya bersinergi dengan para akademisi, tokoh agama, tokoh adat, dan lembaga pelestarian bahasa daerah setempat.
“Kami juga bekerja sama dengan kampus-kampus UIN, IAIN, dan STAIN di berbagai daerah se-Indonesia. Semoga keberadaan Al-Qur’an terjemah bahasa daerah ini akan memudahkan masyarakat untuk menerima dan memahami kitab suci agamanya,” pungkasnya.