Ilmuwan Sebut Hewan Ini Bisa Prediksi Bencana Alam, Dari Kambing hingga Anjing

Kambing di Sisilia, Italia, dekat Gunung Etna, menolak pergi ke tempat yang tinggi ketika letusan gunung berapi sudah dekat. Dok: The Guardian/Shutterstock/RLawall.

Ikhbar.com: Para ilmuwan kini menjadikan hewan sebagai alat bantu untuk memprediksi gempa bumi, letusan gunung berapi, dan bencana alam lainnya. Dengan memasang pemancar kecil pada hewan seperti kambing dan anjing, pergerakan mereka dapat dipantau melalui teknologi satelit.

Pendekatan ini dipimpin Martin Wikelski dari Max Planck Institute of Animal Behaviour, Jerman, melalui proyek bernama International Cooperation for Animal Research Using Space (Icarus).

Baca: Marapi Erupsi, Ini Doa Selamat dari Letusan Gunung dan Bencana Lainnya

Penelitian di Gunung Etna, Sisilia, menunjukkan kambing dapat mendeteksi perubahan lingkungan sebelum letusan gunung berapi, sementara studi di Abruzzo, Italia, mengungkap bahwa anjing dan domba memprediksi tujuh dari delapan gempa bumi besar dalam 12 tahun terakhir.

Para peneliti menduga hewan ini sensitif terhadap ion yang dilepaskan saat aktivitas tektonik, yang tidak bisa dirasakan manusia.

Proyek Icarus memanfaatkan perangkat pelacakan GPS dan pemancar mikro untuk memantau ribuan hewan secara global.

Data ini tidak hanya berguna untuk prediksi bencana, tetapi juga untuk mempelajari pola migrasi, penyebaran penyakit, dan dampak perubahan iklim.

Baca: Udara Buruk Jakarta, Begini Penjelasan Gerak Angin dan Anjuran Pelestarian Alam dalam Al-Qur’an

Satelit pertama proyek ini, Icarus CubeSat, akan diluncurkan tahun depan sebagai langkah awal membangun jaringan pengamatan perilaku hewan yang komprehensif.

“Pada akhirnya, kami berharap dapat meluncurkan armada yang terdiri dari sekitar enam satelit dan membangun jaringan observasi global, yang tidak hanya akan memberikan rincian pergerakan satwa liar dan kesehatan hewan di seluruh planet ini, tetapi juga mengungkap bagaimana makhluk merespons fenomena alam seperti gempa bumi,” kata Wikelski, dikutip dari The Guardian, pada Ahad, 1 Desember 2024.

Dengan integrasi antara perilaku hewan dan teknologi canggih, penelitian ini berpotensi merevolusi kesiapan bencana dan pemahaman kita tentang respons alami terhadap fenomena alam.

Jika berhasil, inisiatif ini dapat menjadi langkah besar dalam mitigasi risiko bencana dan pelestarian ekosistem global.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.