Hikmah Bencana Banjir Sumatera menurut Prof. Rokhmin

Ilustrasi: Warga melintasi jembatan sementara di Desa Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Pada Senin, (1/12/2025). Foto: Pendam I

Ikhbar.com: Pembina Pondok Pesantren Al-Muflihin Gebang, Cirebon, Prof. Dr. Ir. H. Rokhmin Dahuri menilai bahwa bencana banjir yang menimpa wilayah Sumatera baru-baru ini bukan hanya musibah fisik, melainkan peringatan agar bangsa kembali memperkuat keimanan serta memperbaiki cara mengelola alam dan kehidupan sosial.

Dalam keterangan yang diterima Ikhbar.com pada Kamis, 4 Desember 2025, Prof. Rokhmin menyebut bahwa tragedi banjir Sumatera menyisakan duka namun membawa pelajaran berharga bagi umat.

“Bencana ini menjadi pengingat bahwa hanya Allah satu-satunya tempat kita bergantung. Semua selain-Nya bisa hilang seketika,” ujar Prof. Rokhmin.

Ia menjelaskan, musibah bukan sekadar peristiwa alam, tetapi momentum untuk menata kembali spiritualitas dan cara hidup manusia.

Baca: Prof. Rokhmin Desak Pemerintah Atasi Akar Bencana

Dari peristiwa itu, Prof. Rokhmin merumuskan tujuh pelajaran penting yang dapat dijadikan refleksi bersama, agar masyarakat tidak berhenti pada rasa sedih, tetapi beranjak menjadi lebih kuat dan lebih baik.

1. Menguatkan tauhid

Menurut Prof. Rokhmin, bencana menyadarkan manusia bahwa kuasa Allah melampaui segala kemampuan manusia. Harta, jabatan, dan teknologi tidak dapat menolak takdir apabila Allah telah berkehendak. Inilah panggilan untuk memperdalam tauhid dan ketaatan.

2. Latihan sabar

Ia menegaskan bahwa musibah dapat melatih hati untuk lebih sabar, bersyukur, serta ridha terhadap ketentuan Tuhan. Namun, sifat ridha tidak berarti pasrah total, melainkan tetap berikhtiar, membantu korban, serta bangkit dari keterpurukan.

3. Menumbuhkan ukhuwah

Prof. Rokhmin mengajak masyarakat memperkuat solidaritas. Tragedi Sumatera, katanya, bukan hanya urusan daerah terdampak, tetapi urusan kita bersama sebagai bangsa. Bentuk nyata dapat berupa doa, donasi, aksi kemanusiaan, maupun dukungan moral.

4. Amanah menjaga alam

Kerusakan lingkungan akibat eksploitasi berlebihan turut berkontribusi pada meningkatnya risiko bencana. Prof. Rokhmin mengingatkan agar bangsa tidak rakus terhadap alam dan menjaga keseimbangan ekosistem. Kerusakan hutan, tambang ilegal, dan alih fungsi lahan harus menjadi perhatian serius.

5. Ujian integritas pemimpin

Menurutnya, bencana adalah panggung uji kepemimpinan. Masyarakat dapat melihat siapa yang benar-benar jujur, cepat tanggap, dan amanah dalam menangani situasi darurat. Transparansi dan keberpihakan kepada rakyat menjadi ukuran utama.

6. Reformasi sistem penanggulangan

Prof. Rokhmin menekankan pentingnya perbaikan sistem mitigasi. Evaluasi tata ruang, edukasi bencana sejak dini, hingga penguatan teknologi peringatan dini harus dilakukan agar kejadian serupa tidak kembali menelan banyak korban.

7. Mengingatkan kehidupan akhirat

Pada akhirnya, ujar Prof. Rokhmin, musibah mengingatkan bahwa dunia bersifat sementara. “Yang kita bawa pulang bukan harta atau jabatan, melainkan iman, amal, dan akhlak,” tuturnya.

Prof. Rokhmin berharap pelajaran dari Sumatera menjadi pemantik perubahan. Ia menutup dengan ajakan agar bangsa lebih peduli sesama dan berpegang pada nilai spiritual dalam menghadapi cobaan.

“Semoga tragedi ini menjadikan kita lebih tegas menjaga alam, lebih kuat dalam iman, dan lebih peduli kepada saudara kita,” pungkasnya.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.