Gubernur Khofifah Dorong Ajaran Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Masuk Kurikulum SMA

Gubernur Jawa Timur Ny. Hj. Khofifah Indar Parawansa. Foto: Biro Adpim Pemprov Jatim

Ikhbar.com: Gubernur Jawa Timur Ny. Hj. Khofifah Indar Parawansa mendorong agar ajaran ulama besar Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dapat diintegrasikan dalam kurikulum SMA/SMK sebagai bagian dari pendidikan karakter.

Menurut Khofifah, nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, khususnya yang tertuang dalam Kitab Nashoihul Jailani, sangat relevan untuk membentuk generasi muda berakhlak mulia.

“Di dalam Kitab Nashoihul Jailani terdapat banyak nasihat, mulai dari keikhlasan, rasa syukur, kesabaran, hingga akhlak. Semua itu penting untuk memperkuat karakter pelajar kita,” ujar Khofifah saat menghadiri Maulid Nabi Muhammad Saw bersama Syekh Afeefuddin Al Jailani di PP Al Mahrusiyah Lirboyo, Kota Kediri pada Ahad, 21 September 2025.

Ny. Khofifah juga menekankan pentingnya keikhlasan sebagaimana diajarkan dalam kitab tersebut.

Baca: Cucu Syekh Abdul Qadir Al Jailani Anggap Indonesia Rumah Kedua

“Ikhlas itu tidak sederhana. Ilmu harus diamalkan dengan penuh keikhlasan. Itulah salah satu substansi utama dari ajaran Syekh Abdul Qadir Al-Jailani,” tegasnya.

Untuk mendukung wacana tersebut, ia mengaku telah meminta izin mencetak ulang Kitab Nashoihul Jailani yang sudah tersedia dalam terjemahan bahasa Indonesia.

“Insya Allah kitab ini akan dicetak tiga jilid dan bisa digunakan di SMA/SMK sebagai materi pendidikan karakter,” tambahnya.

Ia berharap, ajaran dalam kitab tersebut dapat menjadi fondasi bagi pelajar dalam menumbuhkan akhlak mulia, seperti sabar, syukur, ikhlas, dan tawakal.

Dalam kesempatan yang sama, Syekh Afeefuddin Al Jailani, keturunan ke-19 Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, menekankan pentingnya tiga prinsip utama dalam menuntut ilmu: ilmu, amal, dan ikhlas.

“Seorang santri tidak bisa hanya kuat di ilmu tanpa amal dan ikhlas, atau amal tanpa ilmu dan ikhlas. Tiga-tiganya harus menyatu,” tuturnya.

Ia menambahkan, siapa pun yang konsisten memegang prinsip tersebut akan menjadi pribadi sukses dan bermanfaat, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia internasional.

“Dengan prinsip ini, santri bisa mengajarkan ilmu sekaligus menebarkan budaya toleransi dan kasih sayang Indonesia ke berbagai negara. Itu berarti kalian menjadi duta Rasulullah Saw,” ungkapnya.

Syekh Afeefuddin juga mencontohkan perjalanan hidup Syekh Abdul Qadir Al-Jailani saat tiba di Bagdad. Meski awalnya tidak dikenal, berkat konsistensinya memegang ilmu, amal, dan ikhlas, beliau akhirnya diakui sebagai ulama besar pada usia 55 tahun.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.