Ikhbar.com: Penayangan film berjudul Phule ditunda usai menuai protes keras dari kelompok Brahmana. Film ini mengangkat kisah dua reformis anti-kasta abad ke-19, Jyotirao dan Savitribai Phule. Otoritas sensor India (CBFC), meminta banyak revisi pada dialog dan visual film, termasuk penghapusan istilah terkait kasta Dalit.
Kelompok Brahmana di Maharashtra menuding film tersebut telah mencemarkan nama baik komunitas mereka. Padahal, CBFC sebelumnya telah memberi sertifikasi “U” untuk semua usia. Tekanan datang dari organisasi seperti Akhil Bhartiya Brahmin Samaj.
Phule semula direncanakan tayang pada 11 April 2025, kemudian diundur menjadi 25 April 2025. Sutradara Ananth Mahadevan menyebut film itu berbasis sejarah, bukan propaganda.
“Kami hanya menampilkan fakta,” katanya, sebagaimana dikutip dari The Independent, Sabtu, 12 April 2025.

Baca: Dipicu Film, Hindu India Ancam Bongkar Makam Penguasa Islam Mughal
Savitribai dikenal sebagai tokoh awal gerakan hak perempuan. Bersama suaminya, ia membuka sekolah perempuan pertama di India pada 1848. Pasangan ini memperjuangkan pendidikan dan keadilan sosial bagi kaum Dalit yang terpinggirkan dalam sistem kasta Hindu.
Keputusan sensor ini dikritik sejarawan dan aktivis. Mereka menilai revisi itu berisiko menghapus jejak sejarah dan mengaburkan pesan film.
“Ironis, film tentang perlawanan terhadap kasta justru disensor demi memuaskan sistem yang dilawan,” tulis Neeraj Bunkar, peneliti PhD di Nottingham Trent University.
For anyone who wonders why it is almost impossible to make a good and truthful Hindi film, what is happening with the Phule film is an excellent example.
Ananth Mahadevan directed the Hindi biographical film Phule, which focuses on the lives of social reformers Jyotirao Phule… pic.twitter.com/IkzWTWw8zK
— Darab Farooqui (@darab_farooqui) April 9, 2025
Baca: Rasisme di India, Warga Muslim kerap Difitnah sebagai Penyusup dari Bangladesh
Kritik juga datang dari tokoh oposisi di Maharashtra. Mereka menyebut CBFC tebang pilih dan mencoba mensterilkan sejarah. Sebelumnya, film bertema serupa seperti Dashkriya dan Shudra: The Rising juga menghadapi sensor berat.
Sutradara Mahadevan mengaku telah menemui perwakilan Brahmana dan menjelaskan bahwa filmnya juga menampilkan dukungan dari Brahmana progresif pada masa Phule. Ia menegaskan tidak berniat menyerang komunitasnya sendiri.
CBFC belum memberi penjelasan resmi atas permintaan sensor ini. Sikap dewan sensor ini menambah kekhawatiran soal ruang sempit bagi narasi sejarah kaum tertindas di perfilman India.