Ikhbar.com: Pemerintah India memberlakukan jam malam tanpa batas di Nagpur, Maharashtra, setelah bentrokan pecah akibat tuntutan kelompok Hindu untuk membongkar makam Kaisar Mughal abad ke-17, Aurangzeb.
Kerusuhan yang terjadi selama dua hari menyebabkan lebih dari 50 orang terluka, termasuk 34 polisi dan lima warga sipil.
Ketegangan meningkat setelah kelompok sayap kanan Vishwa Hindu Parishad membakar patung Aurangzeb, menganggap makamnya sebagai simbol “penindasan dan perbudakan” terhadap umat Hindu di masa pemerintahan Muslim.
Insiden ini dipicu oleh rilis film Bollywood Chhaava, yang menggambarkan eksekusi Chhatrapati Sambhaji Maharaj oleh Aurangzeb.
Baca: Ujaran Kebencian di India Meningkat 75% pada 2024, Sasar Minoritas Kristen dan Muslim
Situasi semakin memanas ketika beredar rumor bahwa kitab suci Muslim dinodai saat aksi protes berlangsung. Hal ini mendorong kelompok Muslim turun ke jalan, yang berujung pada bentrokan dengan kelompok bersenjata bertopeng.
Kepala Menteri Maharashtra, Devendra Fadnavis, mengutuk kekerasan tersebut dan memerintahkan tindakan tegas terhadap para pelaku.
“Saya telah menginstruksikan kepolisian untuk mengambil langkah yang diperlukan,” ujar Fadnavis, dikutip dari The Independent, pada Kamis, 20 Maret 2025.
Ia juga mencurigai adanya unsur perencanaan dalam serangan tersebut.
Baca: Rasisme di India, Warga Muslim kerap Difitnah sebagai Penyusup dari Bangladesh
Di tengah situasi yang belum kondusif, toko dan bisnis di pusat Nagpur tetap tutup, sementara keamanan diperketat di sekitar makam Aurangzeb di Khuldabad.
Wakil Direktur Jenderal Polisi Maharashtra, Rashmi Shukla, meminta seluruh kepolisian daerah untuk waspada terhadap potensi kerusuhan lanjutan.
Sementara itu, Vishwa Hindu Parishad membantah keterlibatan dalam bentrokan. Sekretaris jenderalnya, Milind Parande, menyatakan bahwa mereka hanya ingin mengganti makam Aurangzeb dengan monumen Maratha.