Ikhbar.com: Bentrokan terjadi antara polisi dan demonstran antikorupsi di Manila, Filipina, mengakibatkan lebih dari 200 orang ditangkap.
Ribuan warga turun ke jalan pada Ahad, 21 September 2025, untuk memprotes skandal korupsi terkait proyek fiktif pengendalian banjir yang merugikan negara.
Kepolisian menyatakan bahwa sebagian besar unjuk rasa berlangsung damai, tetapi massa di Jembatan Ayala dan Mendiola menjadi sangat beringas.
Baca: PM Nepal Mundur usai 19 Orang Tewas dalam Demo Gen Z Lawan Korupsi
Pihak berwenang melaporkan 224 tersangka telah ditangkap, beberapa di antaranya di bawah umur, dan sedikitnya 131 petugas mengalami luka-luka.
Kemarahan publik memuncak sejak Presiden Ferdinand Marcos Jr. mengungkap adanya proyek infrastruktur fiktif tersebut pada bulan Juli.
“Saya merasa sedih karena kita berkubang dalam kemiskinan dan kehilangan rumah, nyawa, serta masa depan, sementara mereka meraup keuntungan besar dari pajak kita untuk membayar mobil mewah, perjalanan ke luar negeri, dan transaksi perusahaan yang lebih besar,” ujar aktivis mahasiswa Althea Trinidad, dikutip dari Al Jazeera, pada Senin, 22 September 2025.
Menurut polisi, para perusuh menyerang petugas dengan batu, membakar sepeda motor, dan merusak sebuah bangunan usaha. Polisi terpaksa menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa yang melakukan vandalisme.
Kementerian Keuangan Filipina memperkirakan skandal ini telah merugikan perekonomian negara hingga $2 miliar atau sekitar Rp 32 triliun dari tahun 2023 hingga 2025.
Baca: Daftar Sikap Bijak Khalifah Umar saat Didemo Rakyat
Dugaan anomali ditemukan pada sebagian besar dari 9.855 proyek pengendalian banjir, yang total nilainya mencapai lebih dari $9,5 miliar atau setara Rp 152 triliun.
Situasi di Manila pada Senin pagi dilaporkan berangsur normal meski dengan penjagaan polisi yang lebih ketat.
Pemerintah setempat memberlakukan jam malam bagi anak di bawah umur dan meliburkan sekolah seiring investigasi yang terus berlanjut.