Ikhbar.com: Kementerian Agama (Kemenag) kembali menorehkan capaian penting dalam dunia pendidikan pesantren. Melalui program afirmasi, sebanyak 39 mahasantri Ma’had Aly Marhalah Tsaniyah (Magister) resmi melanjutkan studi ke Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI), Malaysia, dengan skema beasiswa double degree.
Program internasional ini lahir dari kerja sama antara Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag dan UPSI, sebagai implementasi nota kesepahaman (MoU) kedua lembaga.
Kehadiran para santri di perguruan tinggi luar negeri diharapkan mampu memperkuat internasionalisasi pendidikan tinggi berbasis pesantren. Mereka akan menempuh studi di UPSI selama satu tahun atau dua semester.
Para penerima beasiswa berasal dari sejumlah Ma’had Aly ternama seperti Lirboyo, Tebuireng, Situbondo, dan MUDI Samalanga. Awalnya terdapat 40 nama, namun satu mahasantri terpaksa mengundurkan diri karena alasan kesehatan. Sehingga peserta yang berangkat sebanyak 39 orang, terdiri dari 33 laki-laki dan 6 perempuan. Bidang kajian yang mereka ambil pun beragam, mulai dari Fikih, Hadis, Pendidikan Islam, hingga Kajian Al-Qur’an dan Tafsir.
Baca: Kemenag Tegaskan Lulusan Ma’had Ali Berhak Dapat Beasiswa Pascasarjana
Program ini secara resmi dimulai pada 4 September 2025 melalui Majlis Pendaftaran Pelajar Program Ijazah Sarjana Pendidikan Islam di Dewan Konvensyen E-Learning UPSI.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Amien Suyitno, menyebut program ini sebagai tonggak baru.
“Untuk pertama kalinya, Ma’had Aly hadir secara resmi di perguruan tinggi luar negeri. Ini bukan hanya soal gelar ganda, tetapi pengakuan internasional atas khazanah keilmuan pesantren,” ujarnya dikutip dari laman Kemenag pada Selasa, 9 September 2025.
Harapannya, kata dia, melaui program ini lahir ulama-intelektual yang berakar kuat pada tradisi klasik dan siap menjawab tantangan global.
Sementara itu, Direktur Pesantren, KH Basnang Said menjelaskan bahwa inisiatif program ini bermula dari Dana Abadi Pesantren 2024 bekerja sama dengan LPDP. Namun kini, pembiayaan dialihkan ke Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan (Puspenma) yang mengelola beasiswa BIB LPDP.
“Pesantren selama berabad-abad menjaga tradisi ilmu Islam. Sekarang, santri kita tidak hanya menjaga, tapi juga membawa tradisi itu ke panggung global. Ini bukti pesantren semakin relevan dengan perkembangan zaman,” ungkapnya.
Kiai Basnang juga mengapresiasi dukungan penuh Puspenma dalam menyukseskan program perdana magister double degree Ma’had Aly ini. Ia berharap langkah strategis semacam ini dapat terus dibuka untuk memperkuat pendidikan tinggi pesantren di masa depan.
Sementara itu, Kasubdit Pendidikan Ma’had Aly, Mahrus, menegaskan pentingnya peran para santri sebagai duta bangsa.
“Mereka bukan hanya mahasiswa, tapi juga pembawa misi kebangsaan. Para santri akan memperkenalkan wajah Islam Indonesia yang moderat berbasis turats, sekaligus membangun jejaring akademik lintas negara. Dari sini kita berharap lahir kolaborasi riset, pertukaran dosen, hingga pengakuan global terhadap Ma’had Aly,” katanya.
Apresiasi juga datang dari pihak UPSI. Prof. Ridzwan menyebut kerja sama ini saling menguntungkan. “Kolaborasi ini memperkaya kedua belah pihak. Santri membawa kekayaan tradisi pesantren, sementara UPSI menawarkan perspektif global dan metodologi akademik modern,” ujarnya.
Program double degree ini sekaligus menjadi implementasi Undang-Undang Pesantren yang menempatkan Ma’had Aly sebagai bagian dari pendidikan tinggi khas pesantren. Dengan keberangkatan 39 mahasantri angkatan pertama ini, Kemenag berharap lahir generasi cendekiawan muslim yang mampu menguasai turats sekaligus tampil percaya diri dalam percaturan akademik dunia.