Aktivis Flotilla Ungkap Pasukan Israel Lakukan Kekerasan selama Penahanan

Aktivis asal Spanyol, Ada Colau, yang mengikuti Global Sumud Flotilla mengakui bahwa para aktivis yang ditahan pasukan Israel diperlakukan secara tidak manusiawi. Foto: The Guardian/Marc Asensio

Ikhbar.com: Ratusan aktivis internasional, jurnalis, dan pengacara yang dideportasi dari Israel menyebut pasukan keamanan Israel melakukan kekerasan fisik dan verbal selama penahanan mereka.

Mereka merupakan bagian dari Global Sumud Flotilla (GSF), armada kemanusiaan yang berupaya menembus blokade laut 16 tahun terhadap Gaza.

Para aktivis melaporkan mengalami pemukulan, ancaman senjata, serangan anjing, dan kurang tidur. Mereka juga dipaksa menonton rekaman serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.

Baca: Israel Tangkap Kapal Terakhir Armada Bantuan Sumud Flotilla

“Saya dipukuli sejak tiba di pelabuhan hingga akhir. Pukulan di kepala, di punggung, dan mereka hanya tertawa,” ujar jurnalis Italia, Saverio Tommasi, dikutip dari The Guardian, pada Selasa, 7 Oktober 2025.

Pemerintah Israel membantah tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai “kebohongan terang-terangan.”

Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, bahkan menyatakan bangga dengan cara staf penjara Ketziot menangani para tahanan, dengan alasan mereka “perlu merasakan kondisi penjara sebelum kembali mendekati Israel.”

Sejumlah aktivis dari Spanyol, Australia, dan Yunani juga melaporkan penganiayaan serupa, mulai dari pemukulan, penghinaan, hingga penolakan akses medis.

Sementara itu, aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, dikabarkan diperlakukan lebih kasar; ia dipaksa memegang bendera Israel dan ditahan di sel penuh kutu dengan makanan serta air yang minim.

Namun, Kementerian Luar Negeri Israel menolak semua tuduhan tersebut, menyatakan Thunberg “tidak pernah mengajukan keluhan resmi.

Di sisi lain, Thunberg menegaskan setelah tiba di Yunani bahwa dunia sedang menyaksikan “genosida yang disiarkan langsung di depan mata kita.”

Baca: Komite Pembebasan Gaza Kutuk Menteri Israel usai Sebut Aktivis Flotilla ‘Teroris’

Hingga Senin, Israel telah mendeportasi 341 dari total 479 orang yang ditahan. Di antara mereka terdapat aktivis berusia lanjut, seperti Margaret Pacetta asal Skotlandia yang menyebut pengalamannya di penjara Israel sebagai “neraka mutlak.”

Pemerintah Yunani turut memprotes perlakuan tersebut, menyebut tindakan Israel terhadap warganya sebagai “tidak dapat diterima.

Sementara itu, armada baru yang berangkat dari Turki dengan sekitar 250 relawan medis dan jurnalis kini tengah menuju Gaza, berjarak sekitar 200 mil laut dari wilayah tersebut.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.