Ahli Peringatkan Bahaya Ikuti Saran Medis dari ChatGPT

Para ahli menyarankan agar tidak menggunakan ChatGPT untuk konsultasi medis. Foto: Pexels/Airamd Photo

Ikhbar.com: Seorang pria di Amerika Serikat (AS) dirawat di rumah sakit selama tiga minggu setelah mengikuti saran ChatGPT yang menyarankannya mengganti garam dengan natrium bromida, bahan kimia yang biasa digunakan di kolam renang.

Akibatnya, ia mengalami halusinasi, paranoia, jerawat, dan kelelahan meski tidak memiliki riwayat penyakit serius.

Kasus ini menunjukkan risiko besar penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk kesehatan.

Pakar menegaskan, ChatGPT tidak bisa membaca riwayat medis, menafsirkan hasil laboratorium, atau memberi perawatan yang sesuai.

Baca: WHO Dorong Pemanfaatan AI dalam Pengobatan Tradisional

Riset pada 2024 yang menguji ChatGPT-3.5 dengan 150 kasus medis menunjukkan AI hanya benar pada 49 persen diagnosis dan rencana perawatan.

Dalam beberapa jawaban, alasannya bahkan tidak masuk akal, seperti menyebut pengobatan penyakit kuning bertujuan memperbaiki penampilan pasien.

Psikolog klinis Dr. Oksana Hunko menambahkan bahwa perawatan kesehatan memerlukan interaksi manusia, pemahaman emosional, dan sinyal nonverbal.

“Hal-hal ini hanya bisa terjadi dalam pertemuan langsung antara pasien dan tenaga profesional,” katanya, dikutip dari Gulf News, pada Senin, 18 Agustus 2025.

Baca: Psikolog bukan Pemberi Nasihat, Tapi…

Pakar kesehatan mental juga menyoroti tren serupa. Praktisi kedokteran fungsional di Dubai, Dr. Karima Arroud, menyebut banyak orang muda mencari dukungan emosional lewat AI karena lebih mudah diakses.

Namun, hal ini berisiko memperkuat distorsi pikiran dan menempelkan label tanpa penilaian klinis.

Para ahli sepakat, ChatGPT hanya layak dipakai sebagai alat tambahan untuk informasi umum, bukan pengganti dokter atau terapis.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.