Ikhbar.com: Sekitar 100 jurnalis telah terbunuh sejak perang Hamas-Israel meletus pada 7 Oktober 2023. Data tersebut seperti yang diungkapkan kantor berita pemerintah di Gaza.
“Jumlah jurnalis yang terbunuh meningkat menjadi 100, pria dan wanita, sejak dimulainya perang brutal di Jalur Gaza,” tulis kantor media setempat dikutip dari Al Jazeera pada Selasa, 26 Desember 2023.
Jurnalis Palestina bernama Muhammed Abu Hweidy menjadi orang terakhir yang tewas dalam serangan udara Israel. Ia tewas di rumahnya di timur Kota Gaza pada Sabtu, 23 Desember 2023.
“Jurnalis Mohammed Abu Hweidy mati syahid dalam serangan udara Israel di lingkungan Shujaiya,” katanya.
Pejabat Palestina di Gaza menyebutkan bahwa jumlah wartawan yang tewas mungkin jauh lebih tinggi. Namun, menurut perhitungan Komite Perlindungan Jurnalis, setidaknya 69 jurnalis tewas dalam konflik tersebut, termasuk juru kamera Al Jazeera Arab, Samer Abudaqa.
Selain membunuh jurnalis, militer Israel juga telah menghancurkan lebih dari 50 kantor berita di Gaza. Akibatnya, ratusan jurnalis Palestina dan keluarga mereka terpaksa mengungsi ke selatan.
“Para pekerja media juga terpaksa meninggalkan peralatan kerja di kantor-kantor di wilayah utara untuk menyelamatkan hidup mereka. Kondisi di lapangan sangat sulit dan komunikasi yang sering terputus,” tulis Al Jazeera.
Sementara itu, data yang sedikit berbeda dipaparkan Palestinian Central Bureau of Statistics (PCBS). Mereka melaporkan bahwa sedikitnya ada 103 jurnalis telah terbunuh dalam perang Israel-Hamas.
Tindakan militer Israel yang membunuh para jurnalis dinilai telah melanggar kemanusiaan. Sebab jurnalis yang bekerja di wilayah konflik bersenjata dilindungi berdasarkan undang-undang kemanusiaan internasional.
“Jurnalis Palestina mengatakan bahwa Israel sengaja menargetkan mereka untuk membungkam pemberitaan,” ungkap Al Jazeera.
Wakil sekretaris jenderal di Federasi Jurnalis Internasional, Tim Dawson, menegaskan bahwa jumlah jurnalis yang tewas di Gaza tersebut harus diungkapakan ke penjuru dunia.
“Saya kira kita belum pernah melihat adanya korban jiwa dari jurnalis karena konsentrasi mereka dalam konflik apa pun yang bisa saya pikirkan. Ada sekitar 1.000 jurnalis di Gaza pada awal konflik ini,” ujar Dawson.
“Meski terdapat sedikit perbedaan dalam perhitungan jumlah korban meninggal, jika antara tujuh setengah atau 10 persen yang meninggal, maka angka tersebut merupakan angka yang sangat tinggi,” imbuhnya
Dawson mengatakan, para jurnalis di Gaza hanya memiliki kamera, mikrofon, dan buku catatan. Mereka terus melakukan pekerjaan meskipun jumlah korban tewas sangat besar.
“Para jurnalis Palestina juga kerap menerima ancaman dari militer Israel melalui telepon. Tentara Zionis memperingatkan bahwa mereka dan keluarganya akan menjadi sasaran yang ditargetkan dalam beberapa hari mendatang,” tandasnya.